SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI MONETERIS
Di Susun Oleh :
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Kata Pengantar
Puji syukur kami limpahkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Pemikiran Ekonomi Moneteris ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, Nabi akhir zaman. Amin…..
Manusia sebagai makhluk sosial, tak lepas dari bantuan dan bimbingan orang lain. Maka dari itu kami selaku penyusun makalah Pemikiran Ekonomi Moneteris ini, mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Dengan selesainya makalah ini saya berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, khususnya bagi para pembaca.
Sebagai manusia biasa kami sadar bahwa pembuatan makalah tentang Pemikiran Ekonomi Moneteris ini masih jauh dari sempurna. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, dan kelemahan adalah milik kita sebagai makhluk. Maka dengan demikian demi terciptanya makalah yang lebih baik untuk kedepan, kami mohon sekiranya para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua. Amin….
Makassar, 12 Juni 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang..................................................................................................................... 1
B Rumusan Masalah................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Ekonomi Klasik……………................................................................................................ 2
B. Teori Keynes........................................................................................................................ 5
C. Pokok-pokok Pikiran Aliran Moneteris................................................................................ 8
BAB III KESIMPULAN.................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 27
BAB I
PENDAHULUAN
Ø Latat Belakang
Aliran monetaris pada prinsipnya menekankan bahwa perkembangan moneter merupakan unsur penting dalam perkembangan produksi, kesempatan kerja dan harga – harga. Pertumbuhan jumlah uang beredar merupakan unsur yang paling dapat diandalkan dalam perkembangan moneter dan bahwa perilaku otoritas moneter menentukan jumlah uang beredar.
Kelompok monetaris berasumsi bahwa mekanisme pasar di dalam perekonomian dapat berjalan secara otomatis sehingga harga – harga dapat segera menyesuaikan (naik atau turun) apabila terjadi perbedaan (lebih besat atau lebih kecil) antara permintaan dan penawaran pasar.
Kelompom monetaris berpendapat bahwa uang hanya berpengaruuh pada tingkat inflasi dan tidak pada pertumbuhan ekonomi. Implikasinya adalah bahwa kebijakan moneter tersebut perlu dilakukan dengan rules yang dibakukan dan diarahkan untuk mengendalikan inflasi. Kebijakan moneter tidak dapat dipergunakan secara aktif mempengaruhi kegiatan ekonomi riil, dalam arti dapat dilonggarkakn apabila sektor riil sedang lesu dan diketatkan apabila terjadi peningkatan kegiatan ekonomi secara berlebihan.
Tokoh aliran monetaris Milton Friedman menekankan bahwa perilaku dalam pertumbuhan jumlah uang beredar sangat mempengaruhi aktivitas – aktivotas ekonomi. Stok jumlah uang beredar dalam perekonomian akan menentukan laju inflasi dalam jangka panjang.
Ada keterkaitan antara perubahan dalam jumlah uang beredar dengan perubahan tingkat aktivitas ekonomi. Fluktuasi ekonomi yang terjadi menuruut pandangan Friedman lebih disebabkan oleh perubahan jumlah uang beredar, dan yakin bahwa gangguan moneter merupakan faktor penting yang menyebabkan perubahan – perubahan dalam tingkat aktivitas ekonomi. Ketidakstabilan laju pertumbuhan jumlah uang beredar akan tercermin pada berbagai aktivitas ekonomi.
Pemerintah perlu memperhatikan naik turunnya laju pertumbuhan uang beredar. Karena pergerakan laju pertumbuhan uang beredar mempunyai pengaruh penting terhadap jalannya perekonomian di masa depan. Laju pertumbuhan uang beredar yang tidak menentu akan menghasilkan laju pertumbuhan ekonomi yang tidak menentu pula. Secara umum laju pertumbuhan uang beredar yang tinggi akan menyebabkan terjadinya boom inflasi. Sedangkan laju pertumbuhan jumlah uang beredar yang rendah akan mendorong terjadinya resesi. Friedman menyarankan agar jumlah uang beredar tidak boleh bertambah cepat dari seharusnya. Pedoman moneter yang dianjurkan Friedman untuk mengatasi hal ini adalah bahwa jumlah uang beredar ditambah setiap tahunnya sebesar laju pertumbuhan ekonomi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. EKONOMI KLASIK
1. PARA AHLI EKONOMI KLASIK
Beberapa tokoh mazhab klasik yang terkenal yaitu : Adam Smith, Thomas Robert Malthus, Jean Baptise Say, David Ricardo, Johan Heinrich von Thunen, Nassau William Senior, Friederich von Hermann, John Stuart Mill, dan Eliot Cairnes. Mereka terkenal, bukan karena mereka memberikan pemecahan kepada kepada masalah ekonomi, melainkan karena cara mereka mengemukakan masalah.
Kita mengetahui bahwa setiap hasil yang dicapai dari analisis ilmiah dengan segera menjadi usang, akan tetapi probleemstellingnya tetap, dan dapat dikatakan bahwa klasssicisme suatu mashab ilmiah bukanlah terkandung pada hasil-hasil yang dicapainya melainkan pada cara masalah-masalah didekati berbeda dengan kaum merkantilis dan kaum fisiokart, kaum klasik telah menempatkan teori harga pada pusat analisis ekonomi mereka. Kaum klasik berusaha untuk memecahkan semua masalah ekonomi, dengan bantuan penyelidikan kea rah factor-faktor permintaan, dan penawaran yang menentukan harga.
2.ASPEK-ASPEK POKOK ILMU EKONOMI ADAM SMITH
a.Kekayaan sesuatu Negara
“The Wealth of Nation”, berusaha untuk menerangkan bagaimana kekayaan sesuatu negara bertambah, dan bagaimana kekayaan tersebut didistribusikan. (Hal tersebut juga merupakan tema dasar dari ekonomi modern).
Masalah-masalah dasar yang dihadapi oleh setiap perekonomian adalah :
1.Barang-barang dan jasa-jasa apakah akan dihasilkan
2.Bagaimanakah cara menghasilkan barang-barang serta jasa-jasa tersebut.
3.Bagaimanakah barang-barang serta jasa-jasa tadi dibagikan. Jadi secara singkat : masalah alokasi sumber daya ekonomi, masalah teknologi, dan masalah distribusi Pendapatan Nasional.
Adam Smith berpendapat bahwa sumber tunggal kekayaan, adalah produksi hasil tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Dalam hal ini Adam Smith sependapat dengan doktrin merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan suatu negara, dicapai dari surplus ekspor.
b.Pembagian Kerja
Alat-alat dasar dengan apa produksi diperbesar, menurut Adam Smith adalah :
1.Pembagian kerja
2.Penggunaan mesin-mesin
c.Nilai
Seperti diketahui, Aristoteles sudah pernah mengemukakan perbedaan antara nilai pakai dan nilai tukar. Adam Smith juga menggunakan perbedaan tersebut. Hal itu menyebabkan timbulnya salah satu paradoks ekonomi yang terkenal (Proudhon menyatakannya sebagai “Contradiction economique”) yaitu bahwa : air dan udarayang mempunyai nilai pakai sangat tinggi, mempunyai nilai tukar yang sangat rendah, sedangkan intan yang hampir tidak mempunyai nilai pakai, mempunyai nilai tukar yang sangat tinggi.
d.Ajaran nilai
Tenaga kerja menurut Adam Smith sekaligus merupakan sebab dan alat pengukur nilai. Menurut David Ricardo guna merupakan syarat mutlak bagi nilai tukar : terlepas dari bagaimana langka (jarang) sesuatu barang ataupun berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkannya – bilamana sesuatu barang tidak akan mempunyai nilai tukar sama sekali.
Menurut Ricardo harus diadakan pembagian barang-barang sebagai berikut :
a.Barang-barang yang dapat diproduksi begitu saja.
b.Barang-barang yang tidak dapat diproduksi begitu saja. Dalam kategori terakhir dapat disebut, misalnya lukisan-lukisan kuno, uang logam kuno, dan benda-benda antik. Harga benda demikian tergantung dari jumlah yang suka dibayar oleh para calon pembeli.
Harga alamiah (natuurlijke prijs) menurut Adam Smith adalah harga yang timbul apabila segala sesuatu berlangsung dengan “sendirinya”, dalam arti pada suatu masyarakat dimana terdapat kebebasan bertindak, dimana semua orang bebas untuk menghasilakan apa yang diinginkannya, dan menukar apa yang disukainya.
Harga pasar dapat menyimpang dari harga alamiah tersebut, karena pada saat tertentu, penawaran tidak segera dapat menyesuaikan diri dengan permintaan, atau disebabkan karena sesuatu tindakan pemerintah penyesuaian demikian dipersulit, atau tidak mungkin dilakukan. Akan tetapi harga-harga demikian, senantiasa akan merupakan pusat tendensi semua harga-harga pasar.
e.Konsep Homo Economicus
Adam Smith dalam uraian-urainnya menggunakan tipe manusia yang dinamakannya Homo Economicus ( manusia ekonomis). Definisi tradisional untuk manusia Ekonomis adalah : manusia yang berusaha untuk mencapai pemuaan kebutuhan maksimal dengan pengurbanan seminimalnya. Pengikut-pengikut Adam Smith menganggap konsep tersebut sebagai sesuatu yang logis, sedangkan pihak lain menganggapnya sebagai tipe manusia yang tidak pernah ada. Perokonomian dianggap analog oleh Adam Smith dengan tubuh manusia. Tubuh manusia diberi oleh alam kekuatan-kekuatan, untuk menghadapi “serangan-serangan” dari luar.
Self intereset (kepentingan diri sendiri), mengatur tubuh perokonomian, dan menyebabakan betambahnya kekeyaan, serta kesejahteraan suatu Negara.
f.Perekonomian Laisser – Faire
Adam Smith mengharapkan bahwa liberalismenya, karena kepentingan diri sendiri individu ditonjolkan, bukan saja akan menimbulkan efisiensi yang lebih besar melainkan pula menyebabkan kegiatan ekonomi yang lebih meluas. Dalam hal ini Quesnay, Adam Smith mencerminkan kepercayaan yang berlebih-lebihan dalam proses ekonomi, yang dapat memperbaiki diri sendiri dan yang dapat mengatur diri sendiri. Mekanisme harga, dianggap Adam smith (lebih-lebih lagi oleh Jean Baptiste Say) sebagai obat mujarab.
Apabila terdapat penggunaan tenaga kerja dan modal uang, maka sesuai dengan teori Adam Smith, persaingan antara para pekerja dan kaum kapitalis, untuk mempekerjakan sumber daya mereka secara efektif, akan menyebabkan turunnya upah dan bunga modal, hingga dengan demikian bagi para pengusaha akan menarik lagi, untuk menggunakan tenaga kerja kembali serta untuk meminjam uang.
Dengan demikian suatu depresi ekonomi hanya timbul, bilamana upah dan tingkat bunga adalah terlampau tinggi, mekanisme harga akhirnya akan menyebabkannya menjadi normal kembali.
B.TEORI KEYNES
Dalam mancapai tujuan “FULL EMPLOYMENT” melalui kebijakan-kebijakan management, keynes merumuskan sebuah teori makro ekonomi yang mempersoalkan kondisi-kondisi yang memperngaruhi output dan kesempatan kerja secara keseluruhan. Variabel-variabel besar keynes adalah konsumsi total,investasi total, dan pendapatan total Yang dirumuskan sebagai berikut :
C + I= Y dimana : C = konsumsi total,
I= investasi total,
Y= pendapatan total
Prosedur-prosedur diatas meliputi bahaya yang diabaikan yang mencakup komplektisitas prose-proses actual ekonomi dan efek-efek perbedaan antara individu dan klas. Pendapatan individual dan pengeluaran mereka membentuk aggregates seperti diatas. Perbedaan-perbedaan besar dalam dua jam yang sama menyebabkan mereka tidak dapat dibandingkan sebagai dasar untuk policy tetapi Keynes mencari simplisitas dan action.
Akantetapi variable-variabel dan pendapat yang dikemukakan oleh Keynes diatas sulit untuk diterapkan pada system moneter yang nyata karena akan menimbulkan dua proses yang berbeda diantaranya ialah perbedaan antara produksi dan konsumsi dan perbedaan antara pembayaran-pembayaran berupa uang dan pendapatan. Oleh Karena itu Keynes berpegang pada usaha untuk memperbesar permintaan efektif dengan jalan memperbesar jumlah dan penggunaan uang hal tersebut menyebabkan Keynes menggunakan asumsi bahwa kekuatan membeli uang tetapkonstan atau bahwa factor-faktor prouksi tidak dipengaruhi oleh pendapatan-pendapatan nyata yang diterima.
Menurut Keynes jumlah uang yang tidak bervariasi terlampau banyak sebagai proporsi dari pendapatan nasional dan kecepatan pendapatan (income velocity) adalah stabil. Akan tetapi dalam kehidupan nyata bahwa bertambahnya jumlah uang akan menimbulkan gejalah seperti mengurangi kecepatan peredaran uang, ole karena itu harus dilakukan tindakan kecepatan pengeluaran agar peredaran uang menjadi stabil salah satunya ialah dengan jalan menginvestasikanya.
Menganai ekonomi tentang arus lingkar (circular flow economics) Keynes menyarankan agar pemerintah menggunakan prosedur sebagai berikut:
1. GNP akan diestimasi berupa uang dalam kondisi full employment, pada permulaan sebuah periode.
2.Akan di buat estimasi tentang pembayaran-pembayaran berupa uang total yang akan dikeluarkan untuk barang konsumsi dan di tabung selama periode tersebut.
3.Apabila tabungan yang diperkirakan melampaui kesempatan untuk diinvestasikan pemerintah harus melakukan intervensi guna menciptakan lebih banyak pengeluaran untuk investasi.
Jadi pada pokoknya persoalan diatas ialah mengarah pada pemikran bahwa semua pendapatan berupa uang harus dikeluarkan sewaktu hal tersegut diterima dan hal tersebut membutuhkan pengawasan dari pemerintah.
4.Pokok Pemikiran Aliran Keynesian Baru
Pemikiran dalam kelompok Keynesian Baru sangat beragam termasuk di dalamnya Mankiw, Summers, Stanley Fisher, Phelps, Akerlof, Yellen dan tiga nama yang telah disebutkan dalam Pendahuluan. Mankiw merupakan salah satu tokok yang paling banyak kontribusinya dalam pengembangan teori maupun dalam mengumpulkan artikel yangberhubungan dengan Keynesian Baru.
Perhatian utama dalam Keynesian Baru adalah mencari model yang kuat dan meyakinkan untuk menjelaskan adanya kekakuan upah dan harga dengan berlandaskan pada memaksimalkan perilaku dan ekspektasi rasional. Disamping itu, Keynesian Baru juga menaruh perhatian pada penelitan tentang proses penyesuaian harga yang terjadi diperusahaan.
Sampai saat ini para ekonom belum mempunyai kesatuan pendapat tentang kebijakan perusahaan dalam hal penyesuaian harga. Kelompok ini juga tidak sepenuhnya menolak pandangan Klasik Baru. Walaupun demikian Keynesian Baru tetap memberikan sokongan kepada pandangan Keynes yaitu:
• Dalam perekonomian, adanya pengangguran yang tidak suka rela selalu berlaku.
• Pemerintah perlu secara aktif menjalankan kebijakan untuk mengatasi masalah
pengangguran dan atau inflasi dan mewujudkan kegiatan pada kesempatan kerja penuh. Dalam hal ini Keynesian Baru berkeyakinan bahwa dalam jangka panjang ekonomi pasar masih tidak akan mampu dengan sendirinya menciptakan kesempatan kerja penuh, sehingga tetap dibutuhkan adanya kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah yang dimaksudkan di sini adalah yang bersifat untuk mengurangi terjadinya ketidaksempurnaan pasar.
Pemikiran Keynesian Baru tentang adanya fluktuasi juga berbeda dengan pemikiran Keynes maupun Klasik. Perbedaan pandangan ini secara umum dapat dibedakan berdasarkan keyakinan berlakunya dikotomi klasik dan keseimbangan Walras.
5.Kekakuan Upah dan Harga
Pada dasarnya Keynesian Baru berpendapat bahwa walaupun terdapat pengangguran yang tidak suka rela dan kelebihan penawaran barang pada masa resesi, harga-harga barang tidak menurun ke tingkat yang akan mewujudkan kesempatan kerja penuh. Adanya bentuk pasar yang bukan persaingan sempurna, pasar yang tidak lengkap, dan informasi yang tidak simetris membuat harga barang bersifat kaku dan tidak mudah berubah seperti pada pasar persaingan sempurna. Untuk menjelaskan kekakuan baik kekakuan harga maupun kekakuan upah, Keynesian Baru mengemukan beberapa teori.
6.Penyebab Kekakuan Upah
a.Model Kontrak Implisit
Model ini aslinya berasal dari Bailey (1974), D.F. Gordon (1974), dan Azariadis (1975). Kemudian dikembangkan menjadi hipotesis tingkat alamiah (natural ratehypothesis) oleh Friedman (1968) dan Phelps (1968) yang lebih menekankan proses memaksimumkan perilaku untuk pasar tenaga kerja. Secara ringkas model ini menunjukan bahwa upah pekerja di suatu perusahaan ditentukan secara kontrak antara majikan dan serikat pekerja. Serikat pekerja akan melakukan negosiasi dan menandatangani kontrak kerja diantara pekerja yang diwakilinya untuk suatu periode tertentu. Selama masa kontrak tersebut baik majikan maupun pekerja akan mematuhi keputusan yang telah disetujui.
Bila perusahaan ingin menyesuaikan kontrak sebelum waktunya maka akan dapat mempunyai dampak yang tidak menguntungkan karena:
•Negosiasi kontrak memerlukan biaya dan waktu baik bagi pengusaha maupun serikat pekerja.
•Kegagalan dalam bernegosiasi dapat berdampak yang luas seperti terjadinya aksi mogok para pekerja.
•Bukan suatu strategi yang optimum bagi perusahaan untuk mengurangi upah, Karen bila berlaku demikian akan banyak pekerja yang pindah ke perusahaan lain yang tidak menurunkan tingkat upahnya.
Ini berarti bahwa dengan adanya serikat pekerja yang kuat, tingkat upah tidak dapat dengan mudah berubah seperti pada pasar persaingan sempurna. Sehingga terjadi kekakuan upah dan terutama upah akan sukar sekali untuk menurun apabila terjadi resesi. Kekakuan ini yang menyebabkan timbul masalah pengangguran yang tidak suka rela.
b.Model Upah Efisien
Teori ini dikemukakan oleh Gordon (1990), Yellen (1984), Katz (1986, 1988), Harley (1990) dan Weiss (1991). Solow (1979) memberi dasar pada model ini. Upah efisien akan sama dengan produk marginal yang dapat diturunkan berdasarkan syarat kondisi cukup untuk memaksimumkan keuntungan di suatu perusahaan. Menurut teori ini perusahaan cenderung untuk menetapkan upah yang lebih tinggi dari pada upah keseimbangan pasar persaingan sempurna. Ada empat alasan perusahaan untuk memberikan upah yang tinggi, yaitu :
•Dengan upah yang lebih tinggi ini dimaksudkan untuk alat memaksimumkan disiplin pekerja dalam melaksanakan tugas. Upah yang tinggi akan membuat pekerja lebih giat bekerja dan meningkatkan produktivitasnya dan sumbangan kerjanya dapat meningkatkan produktivitas total perusahaan. Upah yang tinggi ini menyebabkan mereka takut kehilangan pekerjaan dan hal ini menyebabkan mereka bekerja dengan lebih giat.
•Untuk menghindari biaya penggantian pekerja. Dengan sistem upah yang baik maka kemungkinan pekerja keluar dari perusahaan dapat diperkecil, sehingga dapat dihindari pengeluaran biaya untuk mencari pekerja baru. Biaya yang timbul akibat keluarnya pekerja dari perusahaan dapat berupa: (i) kehilangan produksi dari pekerja lama yang sedang mencari pekerjaan baru, (ii) biaya untuk merekrut pekerja baru, (ii) biaya untuk memberi pelatihan kepada pekerja baru, dan (iv) pekerja baru mempunyai produktivitas yang lebih rendah.
•Sebagai alat untuk memilih tenaga kerja yang berkualitas tinggi. Tenaga kerja yang tersedia bersifat heterogen, yang berbeda baik dari segi kepandaian, kerajinan, ketekunan maupun sikap dalam menjalankan tugas. Apabila perusahaan menawarkan upah yang lebih tinggi, maka lebih banyak pekerja yang berkualitas akan melamar pekerjaan tersebut. Dengan demikian melalui upah yang lebih tinggi, perusahaan dapat memperoleh pekerja yang mempunyai mutu yang lebih baik.
•Upah yang tinggi merupakan imbalan yang seimbang bagi pekerja yang mempunyai prestasi yang baik. Setiap pekerja mengukur penghargaan perusahaan terhadap dirinya berdasarkan tingkat upah yang dibayarkan, begitu juga perusahaan akan memberikan imbalan bagi pekerja yang giat melaksanakan kerja dengan sebaik mungkin sebagai tanda terima kasih. Ini merupakan imbalan yang seimbang baik bagi pekerja maupun bagi perusahaan.
c.Model Orang Dalam – Orang Luar
Model ini dikembangkan pada tahun 1980an oleh Lindbeck dan Snower. Pada dasarnya teori ini menganggap pasar barang dan pasar tenaga kerja bersifat persaingan tidak sempurna. Bila dalam pasar tenaga kerja terdapat serikat pekerja dan jumlah perusahaan relatif terbatas, maka tingkat upah ditentukan dari perjanjian kontrak kolektif antara serikat pekerja dengan majikan.
Dalam pasar yang demikian tenaga kerja dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (i) yang menjadi anggota serikat buruh atau disebut orang dalam (insider) dan (ii) yang tidak menjadi anggota serikat buruh atau disebut orang luat (outsider).
Penentuan upah dengan kontrak tersebut cenderung lebih tinggi dari pada bila terjadi di pasar persaingan sempurna. Apabila terjadi resesi, perusahaan akan mengurangi pekrjanya dan sebagian orang dalam menganggur dan menjadi orang luar. Bila kegiatan perekonomian pulih kembali, orang dalam akan menuntut kenaikan upah, sedangkan orang luar akan menghadapi kesulitan untuk memperoleh pekerjaan. Hal ini disebabkan berbagai halangan dari serikat pekerja untuk menghalangi orang luar diambil kerja oleh perusahaan.
C. POKOK-POKOK PIKIRAN ALIRAN MONETARIS
Ketidakberhasilan ajaran-ajaran Keynes dlm memecahkan masalah-masalah yg dihadapi melahirkan suatu aliran baru yg disebut “aliran Monetaris” yg mengutamakan kebi-jaksanaan moneter dlm mengatasi kemelut ekonomi. Istilah ini pertamakali digunakan oleh Karl Brunner untuk menggambarkan berbagai studi dibidang ekonomi moneter & kebijaksanaan moneter. Penekanan pokok pandangan monetaris terletak pa-da stok uang. Menurut Friedman, perubahan dlm jum lah uang beredar sangat besar pengaruhnya terhadap:
1.Tingkat inflasi dlm jangka panjang
2.Perilaku GNP ril dlm jangka panjang
Friedman menyimpulkan secara umum laju pertum-buhan uang yg tinggi menyebabkan terjadinya booms & inflasi. Sementara itu, penurunan dlm laju pertum-buhan uang dapat menimbulkan resesi & kadang-kadang bahkan juga deflasi.
Aliran monetaris dalam perkembangannya sejak pertengahan dasawarsa 60 meliputi berbagai sub aliran yang beraneka ragam. Sejumlah sub aliran masing-masing memberikan penekanan yang berebeda terhadap peranan bidang moneter dalam perkembangan ekonomi. Tampaknya memang agak sulit untuk memberi suatu definisi yang agak baku mengenai ruang lingkup materi dan sifat monetarisme.
Monetarisme yang dikenal dewasa ini dengan berbagai wajahnya pada hakikatnya merupakan suatu reformasi (perumusan ulang) dalam wujud yang baru dari teori kuantitas tentang uang sebagaimana mula-mula dikemukakan oleh Irving Fisher pada abad XX, yang benih-benihnya sudah terkandung dalam gagasan Jean bodin dari zaman Pramerkantilis dia bad XXI. Sama halnya dengan mazhab Keynes dan Neo Keynes, golongan Monetaris juga berdasar dari kenyataan adanya ketidak seimbangan sebagai kecenderungan dalam perkembangan ekonomi. Aliran Monetaris sangat menarik untuk di bahas karena inti pokok pandangan golongan monetaris membahas tentang :
1.Sebab terjadinya perubahan pendapatan nasional
Sebab-sebab terjadinya perubahan pendapatan nasional menurut Friedman bersumber semata-mata pada tingkat permintaan uang, dimana volume permintaan uang ini tingkat pengeluaran yang akan dilakukan dalam masyarakat. Oleh sebab itu menurut Friedman, sebab yang paling penting adalah untuk menguasai volume uang dalam peredaran. Sebab jumlah uang itu yang mempengaruhi jumlah pengeluaran secara menyeluruh. Hal ini satu sama lain akan berdampak pada pertumbuhan dan kestabilan ekonomi.
Sementara itu juga diakui, monopoli dan oligopoli dalam persaingan. Akan tetapi adanya monopoli dan oligopoli tidak begitu besar bobot penagruhnya terhadap proses kegiatan ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Selama jumlah pasok uang dapat dikuasai, akhirnya dalam perkembangan waktu tingkat harga dan keadaan ekonomi menjadi stabil dan maju.
2.Kebijaksanaan moneter
Menurut pemikiran Keynes, kebijaksanaan ekonomi yang harus dilakukan pemerintah adalah kebijaksanaan fiskal yang anti siklus. Golongan monetaris mengalihkan perhatian dari kebijaksanaan fiskal ke kebijaksanaan moneter. Upaya untuk menanggulangi goncangan-goncangan kegiatan ekonomi dilakukan dengan melakukan kebijaksanaan moneter dengan menguasai pasok/penawaran uang. Diakui dalam suatu masa transisi akan terjadi goncangan harga. Tetapi setelah beberapa waktu berlalu harga itu akan memncerminkan gerak perkembangan yang ada sangkut pautnya dengan pengadaan jumlah uang. Selama pasok uang dapat dikuasai maka pada waktunya kestabilan harga juga akan terpelihara. Pasok uang harus dikuasai dalam arti tingkat-tingkat pertambahannya harus dikendalikan sesuai dengan bertambahnya kebutuhna dunia usaha.
3.Pasok uang harus mencerminkan kebutuhan dunia usaha
Pasok uang harus dikuasai dalam arti bahwa tingkat tambahannya harus dikendalikan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha. Golongan monetaris berpendapat bahwa selain di bidang moneter melalui pengelolaan pasok uang oleh otoritas moneter (Bank Sentral), pemerintah tidak boleh berintervensi secara aktif melalui kebijaksanaan ekonomi (kembali pada persainagn bebas).
Pengalaman empiris sejak pertengahan dasawarsa 70 sampai sekarang membuktikan bahwa pemikiran golongan monetaris pun tidak mampu untuk memecahkan masalah-masalah pokok dalam perkembangan ekonomi masyarakat. Kesulitan yang timbul dalam praktik untuk menilai dan memantau secara tepat factor yang mana dalam dunia moneter yang merupakan sebab bagi perubahan ekonomi (apakah pasok uang mempengaruhi kebutuhan usaha atau sebaliknya) atau hubungan sebab akibat itu yang justru berkebalikan. Ataukah kedua variable itu daalm perkembangannya harus dianggap co-incidence (kejadian yang kebetulan saja).
Di samping itu juga dialami kesukaran untuk memperoleh suatu konsensus yang dapat memberikan arti operasional kepada pengertian kunci: agregate supply of money. Artinya unsur-unsur mana saja secara operasional yang harus dicakup dalam pengertian agregate supply of money: uang tunai plus uang giral plus deposito berjangka, dan bagaimana dengan tabungan, premi badan-badan asuransi, kartu kredit dan yang lain-lain. Bebebrapa yang disebutkan terakhir akan sulit untuk mengamati sebagai pasok uang.
a.Ekspansi kredit domestic
Sehubungan dengan kesulitan untuk menjabarkan secara operasional tentang pasok uang, maka dalam perkembangannya pengertian pasok uang diganti dengan konsep yang lebih luas dan dianggap lebih maju. Tolok ukur yang kini digunakan untuk perubahan-perubahan pasok uang dikenal denga istilah domestic credit expansion.
Kebijaksanaan moneter kini dipusatkan pada pengelolaan gerak gerik pasar uang dan pasar modal melalui pengendalian tingkat bunga, disertai alat moneter tradisional oleh Bank Sentral yang berupa open market operations.
b.Pengendalian tingkat bunga
Pada awal tahun 80, inflasi dapat diatasi. Tetapi ironisnya penurunan tingkat inflasi bukan melaui kebijaksanaan pengelolaan pasok uang tetapi melalui pengendalian tingkat bunga. Inflasi yang membumbung tinggi sudah mencapai dua digit. Dalam bagian pertama dasawarsa 80 an, bunga di negara-negara industri naik sampai pada tingkat yang belum pernah dialami dalam dasawarsa-dasawarsa sesudah Perang Dunia II. Dengan tingkat bunga tinggi, inflasi dapat ditanggulangi dan tingkat harga turun, tetapi kegiatan ekonomi menjadi macet berbalik menjadi resesi. Resesi tahun 1982/1983 adalah yang paling tajam dan belum pernah terjadi sejak zaman depresi dasawarsa 30. Akibatnya pengangguran meluas, terutama di Eropa Barat yang sampai saat ini masih mengalami adanya pengangguran. Kebijaksanaan moneter juga ditujukan pada pengelolaan gerak-gerik di pasar uang dan pasar modal melalui pengendalian tingkat bunga denagn menggunakan alat moneter yang tradisional yaitu open market operations.
POKOK PEMIKIRAN ALIRAN MONETARIS
Selama tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, di bawah pimpinan ekonom terkenal Milton Friedman dari Chicago University (kini hijrah ke Stanford University) telah berkembang suatu aliran pemikiran (school of thought) di dalam makroekonomi yang dikenal sebagai aliran moneteris (monetarism). Para ekonom dari aliran moneteris ini menyerang pandangan dari aliran Keynesian, terutama menyangkut penentuan pendapatan yang dinilai oleh mereka sebagai tidak benar. Kaum moneteris menghendaki agar analisis tentang penentuan pendapatan memberi penekanan pada pentingnya peranan jumlah uang beredar (money supply) di dalam perekonomian. Perdebatan yang lain menyangkut : efektifitas antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, peranan kebijakan pemerintah, dan tentang kurva Phillips (kurva yang menunjukkan bahwa hubungan antara pengangguran dan inflasi adalah saling berkebalikan).
Bagi kaum moneteris, jumlah uang beredar merupakan faktor penentu utama dari tingkat kegiatan ekonomi dan harga-harga di dalam suatu perekonomian. Dalam jangka pendek (short run), jumlah uang beredar mempengaruhi tingkat output dan kesempatan kerja; sedangkan dalam jangka panjang (long run) jumlah uang beredar mempengaruhi tingkat harga atau inflasi. Menurut Milton Friedman “inflasi ada di mana saja dan selalu merupakan fenomena moneter”. Pertumbuhan moneter atau uang beredar yang berlebihan dalam hal ini bertanggung jawab atas timbulnya inflasi, dan pertumbuhan moneter yang tidak stabil bertanggung jawab atas timbulnya gejolak atau fluktuasi ekonomi. Oleh karena pertumbuhan moneter sangat berpengaruh terhadap variabilitas, baik variabilitas dalam tingkat harga maupun pertumbuhan output (GNP), maka kebijakan moneter yang diambil pemerintah sedapat mungkin haruslah dapat menjamin terciptanya suatu tingkat pertumbuhan moneter atau jumlah uang beredar yang konstan dan tetap terkendali pada tingkat yang rendah.Adapun gagasan pokok dari aliran moneteris yang dianggap penting di antaranya adalah Sektor atau perekonomian swasta pada dasarnya adalah stabil.
Kebijakan makroekonomi aktif seperti kebijakan fiskal dan moneter hanya akan membuat keadaan perekonomian menjadi lebih buruk. Bahkan secara ekstrim mereka mengatakan bahwa “kebijakan makroekonomi yang aktif itu lebih merupakan bagian dari masalah, dan bukan bagian dari solusi”. Dengan perkataan lain, kaum moneteris menghendaki suatu peran atau campur tangan pemerintah yang seminimum mungkin di dalam perekonomian.Seperti halnya dengan aliran Klasik, kaum moneteris berpendapat bahwa harga-harga dan upah di dalam perekonomian adalah relatif fleksibel, yang akan menjamin keadaan keseimbangan di dalam perekonomian selalu bisa diwujudkan.Jumlah uang beredar merupakan faktor penentu yang sangat penting dari tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan.
Berbagai pendapat atau gagasan kaum moneteris di atas, memiliki implikasi kebijakan yang penting , yaitu :
1)Stabilitas di dalam pertumbuhan jumlah uang beredarlah yang merupakan kunci dari stabilitas makroekonomi, dan bukan kebijakan makroekonomi aktif yang menimbulkan fluktuasi dalam pertumbuhan jumlah uang beredar yang menjadi penentu kestabilan makroekonomi.
2)Kebijakan fiskal itu sendiri memiliki pengaruh sistematis yang sangat kecil, baik terhadap pendapatan nasional riil maupun pendapatan nasional nominal; dan bahwa kebijakan fiskal (fiscal policy) bukanlah suatu sarana atau alat stabilisasi yang efektif.
TOKOH ALIRAN MONETARIS
Sebetulnya aliran monetaris sudah berdiri sejak lama. Hanya saja pandangan-pandagan kaum monetaris ini baru diperhatikan setelah terjadinya kasus membubungnya inflasi yang dibarengi dengan semakin tingginya tingkat pengangguran pada tahun 70-an. Tokoh utama aliran monetaris, tidak diragukan lagi, adalah Milton Friedman (1912-…), profesor ekonomi dari University of Chicago. Sesudah bekerja di komisi Sumber Daya Alam di Washington, ia bergabung sebagai staf peneliti National Bureau of Economic Research tahun 1937 (dalam usia 25 tahun!). Karena jasa-jasanya yang sangat besar dalam mengembangkan ilmu ekonomi, ia mendapat Hadiah Nobel tahun 1976.
Pandangan-pandangan Friedman dapat diikuti dan berbagai buku, jurnal serta artikel-artikel populer di majalah dan koran- koran Amerika. Buku-buku penting yang ditulisnya antara lain: Taxing to prevent Inflation (1943); A Theory of the Consumption Function (1957); A Programme for Monetary Stability (1960), Price Theory (1962); Capitalism and Freedom (1962); bersama Anna Schwartz menulis A Monetary History of the United States 1867-1960 (1963); Inflation: Causes and Consequences (1963); The Great Contraction (1965); The Optimum Quantity of Money (1969); A Theoritical Framework for Monetary Analysis (1971); kumpulan tulisan populer There ‘s No Such Thing Such as a Free Lunch (1975); Monetary Trends in The United States and the United Kingdom (1982) dan Bright Promises, Dismal Performance (1983).
Antara Friedman dan monetaris sering dianggap sebagai synonyms. Tetapi ini tidak berarti ia sebagai satu-satunya. Tokoh-tokoh lain yang dianggap sealiran, atau pendukung-pendukung aliran monetaris antara lain: Karl Brunner (University of Rochester), Allan Meltzer dan Bennet McCallum (dari Carnegie Mellon), Thomas Mayer (University of California, Davis), Phillip Cagan (Columbia University), David Laidler dan Michael Parkin (University of Western Ontario) dan William Poole (Brown University). Perlu juga dicatat bahwa pendukung aliran moiletaris tidak terbatas pada ahli-ahli ekonomi dan kalangan akademis saja. Lembaga seperti Federal Reserve Bank dan St. Louis dan komitekomite kongres juga banyak menganut perspektif monetaris.
PERBEDAAN ALIRAN MONETARIS DENGAN ALIRAN KEYNESIAN
Banyak perbedaan pandangan antara kubu Keynesian dan monetaris dalam melihat gejala-gejala ekonomi. Dalam melihat perekonomian secara agregat kubu Keynesian percaya bahwa perekonomian cenderung berada dalam posisi keseimbangan tingkat output rendah (low level equilibrium). Ini terjadi karena pengeluaran agregat cenderung lebih kecil dari penerimaan agregat dan kurang ampuhnya mekanisme. pasar dalam melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan, terutama tingkat harga-harga dan tingkat upah. Hal ini bisa terjadi karena adanya kekuatan serikat buruh dan praktek-praktek oligopolistik dari pihak perusahaan-perusahaan.
Kaum monetaris tidak percaya pda teori Keynesian yang mengatakan bahwa perekonomian cenderung berada pada keseimbangan tingkat output rendah disebabkan kurang ampuhnya mekanisme korektif untuk membawa pasar kembali pada posisi keseimbangan pemanfaatan sumber daya penuh. Dalam hal ini kubu monetaris mengritik bahwa ada kekuatan-kekuatan pasar yang tidak diikutkan dalam model yang dikembangkan Kubu Keynesian. Dua di antara kekuatan-kekuatan tersebut adalah turunnya suku bunga akan mendorong investasi dan turunnya tingkat harga akan mendorong konsumsi melalui apa yang disebut Pigoileffect. Bagi kubu monetanis perekonomian cenderung berada dalam posisi keseimbangan, di mana sumber daya digunakan penuh.
Karena perbedaan cara pandang di atas, maka implikasi kebijaksanaan dan kedua kubu tersebut juga berbeda. Misa1nya dalam usaha meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan dalam mengatasi pengangguran, kub Keynesian lebih menyukai kebijaksanaan fiskal yang bersifat ekspansif. Sebaliknya kubu monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter yang kontraktif. Intenvensi pemerintah untuk meningkatkan output dengan menggunakan kebijaksanaan fiskal tidak disenangi Friedman Misalnya ada usaha untuk meningkatkan output dengan menurunkan pajak. Menurut Keynesian langkah ini akan meningkatkan output. Dalam ”Bahasa” kurva IS-LM yang dikembangkan Keynesian, hal ini tenjadi kanena penurunan dalam pajak akan mendorong kurva IS bergerak ke kanan. Tetapi menurut kaum mouetaris hal seperti ini tidak akan terjadi, sebab dalam perekonomian yang sudah memanfaatkan sumber daya secara penuh maka kurva LM berbentuk tegak lurus, dan dampak dan pergeseran kurva IS tidak akan memberi pengaruh pada output (crowding-out effect).
Antara kubu Keynesian dan monetris juga berbeda dalam melihac penyebab terjadinya fluktuasi ekonomi. Menunut kubu Keynesian tluktuasi ekonomi terjadi karena tenjadinya perubahan dalam faktor-faktor yang menentukan pendapaian nasional seperti pengeluaran pemerintah, investasj dan konsumsi masyaraicat. Sebaliknya menurut kubu monetaris fluktuasi ekonomi terjadi karena terjadinya pelonjakan-pelonjakan dalam jumlah uang beredar disebabkan adanya kebijaksanaan-kebijaksanan yang bersifat ekspansif dari pemerintah. Pendapat ini mengikuti pendapat pakar-pakar terdahulu seperti R.G. Hawxrey, F:A. Nayek dan Knut Wicksell, yang yakin bahwa terjadinya fluktuasi karena dipicu oleh faktor-faktor moneter, yang cenderung berakibat kumulatif dalam jangka panjang.
Dalam buku: A Pvlonetaiy History of the United States, 1867- 1960 yang ditulis oleh Friedman bersama-sama dengan Anna Schwartz, mereka menjelaskan kaitan yang sangat erat antara perubahan dalam jumlah uang dengan perubahan dalam tingkat kegiatan ekonomi.
Mereka menyimpulkan bahwa fluktuasi dalam jumlah uang sebagai penyebab fluktuasi dalam pendapatan nasional. Untuk mendukung argumen tersebut mereka menggunakan kasus depresi besar-besaran yang terjadi tahun 30-an. Menurut Friedman dan Anna Schwartz, hal ini berlangsung kanena terjadinya crash pasar modal tahun 1929 dan faktor-faktor lain yang diasosiasikan dengan berkurangnya aktivitas ekonomi tahun 20-an yang menyebabkan berkurangnya minat orang memegang surat-surat berharga, dan lebih menyukai memegang uang tunai. Tetapi sistem perbankan waktu itu tidäk bisa memenuhi permintaan akan uang tunai secara sekaligus dalam jumlah banyak dari masyarakat. Bank-bank (yang waktu itu jumlahnya hampir 2000 buah di seluruh Amerika Serikat) terpaksa menutup kantor. Sebagai konsekuensinya maka jumlah uang beredar anjlok. Tahun 1933 jumlah uang beredar diperkirakan 35 persen lebih rendah dari jumlah uang tahun 1929. Dengan alasan di atas kaum monetaris menyimpulkan bahwa fluktuasi dalam jumlah uang beredarlah yang menyebabkan terjadinya fluktuasi ekonomi, dan bukan sebaliknya sebagaimana yang dianut kubu Keynesian.
Kaum Keynesian percaya bahwa memang ada kaitan yang sangat erat antara jumlah uang beredar dengan fluktuasi ekonomi. Tetapi bagi mereka bukan keadaan moneter yang mempengaruhi fluktuasi, melainkan fluktuasi ekonomi yang mempengaruhi jumlah uang beredar. Bagi kubu Keynesian fluktuasi terjadi karena berubahnya faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran agregat, dan kebijaksanaan yang paling ampuh untuk meredakan fluktuasi tersebut adalah melalui kebijaksanaan counter-cyclical dengan lebih banyak menggunakan kebijaksanaan fiskal.
Kubu monetaris paling tidak suka dengan penggunaan kebijaksanaan fiskal untuk menstabilkan perekonomian. Alasannya, adalah sangat sulit mengimbangi setiap ayunan siklus ekonomi karena adanya faktor waktu (lag). Lebih lanjut Friedman mengatakan:
“There is likely to be a lag between the need for action and government recognition of the need; a further lag between recognition of the need for action and the taking of action; and a stilifurther lag between the action and its effects”.
Karena alasan di atas maka tidak heran jika kubu monetaris lebih jauh bahkan sangat meragukan keampuhan analisis dan studi neo-keynesian yang sering menggunakan model ekonometri skala besar. Sebab, dalam model-model skala besar tersebut tenggang waktu (time-lag) kurang diperhatikan. Karena danya tenggang waktu antara pembuatan model dan proses analisis dengan waktu mengaplikasikan, maka kebijaksanaan yang diambil bisa jadi sudah ketinggalan kereta. Mereka percaya dampak dan kebijaksanaan yang sudah ketinggalan tersebut bisa berakibat fatal bagi pembangunan. Sebagai akibat dari perbedaan dalam melihat perekonomian secara agregat-agregat, maka antara kubu monetaris dan kubu Keynesian juga sangat berbeda dalam penggunaan kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi. Kenyataannya pada tahun 70-an dan 80-an terjadi debat panjang yang sangat panas antara kubu monetaris (diwakili Friedman) dengan pihak non-monetaris (termasuk kubu Keynesian, Franco Modigliani dan James Tobin) tentang kebijaksanaan yang sebaiknya ditempuh dalam menghadapi berbagai masalah ekonomi, seperti pengangguran dan inflasi. Misalnya dalam menghadapi inflasi, terdapat perbedaan yang sangat tajam antara Keynesian dengan monetanis. Sebagaimana pernah dijelaskan sebelumnya, kubu Keynesian mennganggap inflasi terjadi karena pengeluaran agregat terlalu besar. Dengan demikian kebijaksanaan yang ditawarkan kubu Keynesian ialah dengan mengurangi jumlah pengeluaran agregat itu sendiei. Hal ini bisa dilakukan dengan mengurangi pengeluaran pemerintah atau dengan meningkatkan pajak. Kebijaksanaan moneter pun juga bisa dilakukan, yaitu dengan kebijaksanaan uang ketat. Kubu Keynesian tidak melihat konflik antara kebijaksanaan fiskal dan moneter. Keduanya di anggap sebagai komplemen. Bagaimanan, dalam praktek kaum Keynesian lebih sering menggunakan bijaksanaan fiskal, dengan alasan kebijaksanaan ini jauh lebih ampuh dalam menghadapi resesi.
Sebaliknya kubu monetaris menganggap inflasi terjadi karena jumlah uang beredar terlalu banyak. Jika jumlah uang beredar terlalu banyak harga-harga akan naik. Dengan demikian cara yang dianjurkan kaum monetaris dalam menghadapi inflasi ialah dengan mengurangi jumlah uang yang beredar itu sendiri.
Kebalikan dari kubu Keynesian yang lebih menyukai kebijaksanaan fiskal, kubu monetaris lebih suka menggunakan kebianaan moneter, sebab dampaknya lebih jelas dari pada kebiasaan fiskal. Anggapan ini didasarkan pada kepercayaan bahwa perubahan dalam jumlah uang beredar akan menyebabkan ahan yang besar pula dalam tingkat suku bunga, yang pada nya akan menyebabkan perubahan yang besar dalam pendapatan nasional. Ini jelas terbalik dengan anggapan kaum Keynesian yang melihat perubahan dalam jumlah uang beredar tidak begitu mempengaruhi tingkat suku bunga sehingga dampaknya terhadap pengeluaran agregat juga kecil.
Kaum monetaris yang sangat memperhatikan agar jumlah uang yang beredai jangan bertambah terlalu cepat dari yang seharusnya, jelas menyalahkan kebijaksanaan fiskal yang ekspansif selama tahun 60-an, yang dianggap sebagai pangkal bala terjadinya kesulitan-kesulitan ekonomi di kemudian hari. Bagi kaum monetaris, melakukan pengeluaran pemerintah secara berlebihan tidak akan menguntungkan, justru dapat membawa kerugian. Yang jelas, jika inflasi terlalu tinggi perekonomian bisa macet. Bagi kaum monetaris inflasi dianggap sebagai musuh utama yang perlu diberantas sesegera mungkin. Kalau inflasi sudah reda, pemerintah harus membiarkan perekonomian menemukan sendiri laju pertumbuhannya yang normal.
Dari uraian di atas jelas bahwa kubu monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter dalam menghadapi masalah-masalah ekonomi dibanding kebijaksanaan fiskal. Bagaimanapun, dalam hal ini perlu dicatat bahwa kebijaksanaan moneter yang dianjurkan kubu monetaris adalah kebijaksanaan moneter yang sifatnya netral dan berorientasi ke arah pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Perbedaan di atas menyebabkan perkedaan selanjutnya ntara kubu Keynesian dengan kubu monetaris, di mana kalau kebijaksanaan yang dilakukan aliran Keynesian lebih sering bersifat ekspansif, sebaliknya kebijaksanaan yang digunakan oleh aliran monetaris cenderung kontraktif dan lebih konservatif. Dalam hal ini kubu monetaris lebih suka menaikkan laju pertumbuhan uang secara pelan-pelan tetapi konstan, sesuai dengan hukum pertumbuhan jumlah uang konstan (constant money growth rule). Kalau kubu Keynesian percaya bahwa pemerintah sebaiknya memegang peran utama dalam mengarahkan jalannya perekonomian lewat kebijaksanaan counter-cyclical dengan melakukan, fine-tunning, sebaliknya bagi kaum monetaris peran pemerintah harus dibatasi demi kelancaran jalannya perekonomian secara keseluruhan.
Perbedaan lain antara kubu monetaris dengan kubu Keynesian adalah mengenai jangka waktu analisis. Kubu Keynesian tidak terlalu memperhatikan analisis jangka panjang (sebab, seperti kata Keynes, dalam jangka panjang kita semua akan mati !). Tidak demikian halnya dengan kubu monetaris yang diwakili Friedman. Bagi Friedman dampak jangka panjang dari berbagai kebijaksanaan ekonomi harus diperhatikan untuk mengetahui kekuatan pasar. Kelompok monetaris percaya bahwa kebijaksanaan peningkatan jumlah uang dalam jangka pendek berpenganuh terhadap output riil. Dalam bahasa kurva IS-LM yang dikembangkan kubu neo-Keynesian, kenaikan dalam jumlah uang akan menggeser baik kurva LM maupun kurva IS ke kanan, yang berarti peningkatan dalam jumlah output. Tetapi gejala seperti ini hanya berlangsung dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang perubahan dalam jumlah uang hanya menyebabkan harga-harga naik, sedang output riil maupun jumlah kesempatan kerja tidak akan bertambah. Dengan demikian kebijaksanaan moneter yang terlalu ekspansif tidak disukai kubu monetaris. Dalam hal ini belum diperhitungkan dampak negatif yang mungkin timbul, di mana kenaikan harga-harga dapat mengakibatkan semakin berkurangnya kesejahteraan golongan-golongan masyarakat tertentu, terutama mereka yang berpenghasilan tetap (seperti pegawai negeri).
Dengan alasan yang sama maka Friedman tidak suka mempromosikan full-employment dengan kebijaksanaan uang mudah (easy money policy), dan juga tidak senang menghindari inflasi dengan menggunakan kebijaksanaan uang ketat (tight money policy). Sebab dampak jangka panjang dari kedua kebijaksanaan tersebut bisa saja berlawanan dengan yang diharapkan untuk jangka pendek.
Kecaman lain dan kubu monetaris terhadap kubu Keynesian ialah bahwa dalam analisis IS-LM nya kubu Keynesian sama kali mengabaikan pasar tenaga kerja. Oleh Friedman dan kawan-kawan pasar tenaga kerja kembali diperhatikan. Hal ini secara tidak langsung telah membuka cakrawala baru dalam pengembangan teori-teori ekonomi, sebab teori-teori tentang ekonomi sumber daya manusia semakin berkembang sesudah itu.
KELEMAHAN DAN KELEBIHAN ALIRAN MONETARIS
•Kelemehan aliran moneteris
Menurut pandangan Keynesian, kebijakan moneter mungkin sangat tidak efektif. Beberapa kekurangannya berasal dari asimetri kebijakan tersebut, perubahan dalam kecepatan (yang dapat menggagalkan kebijakan), dan ketidakpastian dari investasi yang diambil (terutama jika bukan bunga sensitif).
1)Kekurangan utama dari kebijakan moneter adalah asimetri. Yaitu, suatu kebijakan uang ketat adalah sangat efektif guna mencegah pinjaman baru karena kelebihan cadangan dikurangi, namun kebijakan yang mudah sepertinya menjadi tidak efektif karena tambahan kelebihan cadangan tidak akan dipinjamkan ke luar oleh bank karena takut akan potensi kebangkrutan dari para peminjam selama masa resesi. Dengan demikian, disarankan untuk tidak menggunakan kebijakan moneter, malah menggunakan kebijakan fiskal.
2)Kebijakan moneter mungkin digunakan baik untuk mengendalikan persediaan uang maupun tingkat suku bunga. Tetapi, keduanya tidak dapat dikendalikan pada waktu yang sama. Dengan demikian hal tersebut menjadi dilema.
•Kelebihan Aliran Moneteris
1) Kaum monetaris mengatakan bahwa perekonomian cenderung berada pada keseimbangan tingkat output rendah yang disebabkan kurang ampuhnya mekanisme korektif untuk membawa pasar kembali pada posisi keseimbangan pemanfaatan sumber daya penuh.
2)Kaum monetaris menyatakan bahwa turunnya suku bunga akan mendorong investasi dan turunnya tingkat harga akan mendorong konsumsi melalui Pigou effect. Bagi kubu monetaris perekonomian cenderung berada dalam posisi keseimbangan, dimana sumber daya digunakan penuh.
3)Dalam usaha meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan dalam mengatasi pengangguran, kaum monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter yang kontraktif. Intervensi pemerintah untuk meningkatkan output dengan menggunakan kebijaksanaan fiskal tidak disenangi Friedman. Misalnya ada usaha untuk meningkatkan output dengan menurunkan pajak.
4)Kaum monetaris, terutama Friedman, dinilai sangat berjasa meluruskan falsafah liberal kaum klasik kembali sebagaimana yang diajarkan oleh Adam Smith. Argumentasi Friedman untuk menyokong ajaran klasik tersebut ialah bahwa benefit yang diterima dari kebijaksanaan laissez faire jauh lebih besar dari benefit yang ditrerima lewat terlalu banyaknya campur tangan pemerintah. Dengan anggapan seperti ini pakar-pakar ekenomi masa sekarang berusaha mengembalikan orientasi analisis pada ajaran klasik, baik mengenai asumsi yang dipergunakan, struktur model yang disusun, metodologi yang dipergunakan, memandang arti penting uang dalam ekonomi, maupun dalam memilih kebijaksanaan ekonomi yang hendak dijalankan.
PERBEDAAN PANDANGAN KEYNESIAN DAN MONETARIS
Dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi kubu keynesian lebih menyukai kebijaksanaan fiskal yg bersifat ekspansif. Sementara itu, kubu monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter yg kontraktif-konservatif. Namun keduanya sama-sama melihat perekonomian dari sisi permintaan. Aliran sisi penawaran percaya bahwa yg harus diberi perhatian utama bukan segi permintaan seperti yg dilakukan kubu keynesian maupun monetaris melainkan sisi penawaran. Motto kerja aliran sisi penawaran, lebih baik meningkatkan pendapatan nasional melalui pemanfaatan sumber daya penuh, daripada mencoba menekan atau meredakan fluktuasi ekonomi. Kesempatan kerja penuh sangat besar artinya bagi pemikr-pemikir aliran sisi penawaran. Dlm mengatasi inflasi dan pengangguran, jalur yg ditempuh oleh aliran sisi penawaran melalui program penurunan pajak. Alasannya turunnya pajak akan menambah gairah investasi, yg akan mendorong peningkatan dlm produksi. Dengan meningkanya produksi, masalah pengangguran dapat diatasi, dan sekaligus inflasi dapat diredakan. Tekanan utama aliran penawaran adalah kebijaksanaan pertumbuhan jangka panjang. Hal itu dilakukan dengan mempromosikan kesempatan kerja penuh dan perubahan teknologi. Robert A. Mundel juga disebut sebagai peletak dasar “ekonomi sisi penawaran” Mundel menawarkan penggunaan kombinasi kedua kebijakan fiskal dan moneter. Kebijakan moneter dilakukan dlm bentuk kebijakan uang ketat untuk membendung inflasi. Kebijakan fiskal dilaksanakan dengan menggunakan program pengurangan pajak untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Mundel berjasa mengatasi penyakit stagflasi serta kontribusinya dlm meletakkan dasar bagi teori yg mendasari kebijakan praktis dlm perekonomian terbuka, perdagangan internasional.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kaum monetaris, terutama Friedman, sangat berjasa dalam menekankan arti penting laju pertumbuhan uang terhadap aktivitas-aktivitas ekonomi: Dilihat dari upayanya tersebut ia dapat dianggap sangat berhasil. Sebab, sebagaimana diucapkan oleh pakar ekonomi makro Franco Modigliani: We are all monetarists now, dalam artian bahwa hampir semua pakar ekonomi masa sekarang percaya akan arti penting laju pertumbuhan stok uang dalam perekonomian.
Secara keseluruhan harus diakui bahwa pengaruh pandangan Friedman dalam kebijaksanaan ekonomi sangat besar. Hal ini dapat dilihat dan diadopsinya kebijaksanaan moneter barn oleh pemerintah Amerika Serikat (the Fed’s) tahun 1979. Friedman sangat anti dengan peran pemerintah yang kelewat besar dalam perekonomian. Jika penerimaan pemerintah terlalu besar maka otomatis pengeluarannya juga harus besar, padahal banyak program-program pemerintah dinilai tidak efektif dalam mencapai sasaran. Pengaruh pandangan Friedman di atas dapat dilihat dari program pemotongan pajak yang dilakukan pemerintahan Reagan tahun 1981.
Pengaruh pandangan Friedman juga dirasakan di Indonesia, terlihat dari kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi, yang pada intinya mengurangi cengkeraman pernerintah yang kelewat besar dalam pérekonomian Indonesia. Begitu jüga dalam menghadapi inflasi tahun 1993 dan tahun 1994, pemerintan juga terlihat berusaha mati-matian menekan laju inflasi di bawah dua digit, sebab para pakar ekonomi di Indonesia, dan juga kaum praktisi, telah mengetahui dampak negatif yang sangat besar dan keadaan inflasi, yang secara sangat vokal disuarakan oleh Milton Friedman dan kubu monetaris.
DARTAR PUSTAKA
Perkembangan ilmu ekonomi, Karya DRM Winardi, SE Penerbit Tarsito, Bandung 1993
Mankiw N Gregory, Pengantar Ekonomi Makro Edisi 3, Penerbit Salemba Empat 2006
Alvin Hansen n Mc Graw Hilla: a giude to keynes 1953 GEORGE SOUL, ideas of the great economicst
Silahkan Download File Dalam Bentuk MS World
0 komentar:
Posting Komentar