Minggu, 22 September 2013

Kegiatan LDKM Berjalan Sesuai Harapan



Kegiatan LDKM Mahasiswa Baru ekonomi pembangunan yang bertema Transformasi Kultur dan Frame Intelektual Dalam Membentuk Generasi Kritis Cerdas Dan Militan berjalan 100% berhasil, di ikuti 51 peserta mahasiswa ekonomi pembangunan FE UNM dan dihadiri oleh tamu undangan dari jurusan lain di fakultas ekonomi dan dihadiri pula oleh dosen utusan dari prodi ekonomi pembangunan ayahanda Abdul Rahman S.pd, M.si. kegiatan berjalan sesuai dengan harapan pengurus maupun pnitia HIMPOSEP FE UNM dan Dewan senior pendamping.
Kegiatan ini menampung 6 materi dasar kepemimpinan dan beberapa games seru yang membentuk kekompakan dan solidaritas dari mahasiswa baru.
Harapan dari ketua umum saudara Rudiansyah, dari kegiatan yang dilaksanakan ini akan membentuk karakter mahasiswa baru seperti apa yang dipaparkan di tema kegiatan ini dan membuat adik-adik mahasiswa baru menjalani keseharian di dunia kampus dengan spirit kemahasiswaan.

1 Atap 1 Arah 1 Tujuan!!!! HIDUP MAHASISWA!!!

Sabtu, 14 September 2013

MANAJEMEN





PENGENDALIAN


• Diantara beberapa fungsi manajemen, perencanaan (planning) dan pengendalian (controlling) memiliki peran penting.
•  Dalam fungsi perencanaan, inti dasarnya adalah menetapkan mengenai apa yang harus dicapai pada periode tertentu serta tahapan untuk mencapainya. Sedangkan dalam pengendalian berusaha untuk mengevaluasi apakah tujuan dapat dicapai, dan apabila tidak dapat dicapai dicari faktor penyebabnya. Sehingga, dapat dilakukan tindakan perbaikan (corrective action).
• Erat hubungan antara perencanaan dan pengendalian. Dalam perencanaan, aktivitas organisasi, tujuan utama dan sasaran, serta metode untuk mencapainya ditetapkan dengan jelas. Dalam pengendalian, mengukur kemajuan ke arah tujuan tersebut dan memungkinkan manajer mendeteksi penyimpangan dari perencanaan tersebut tepat pada waktunya untuk melakukan tindakan perbaikan sebelum penyimpangan menjadi jauh.

MOTIVASI

KONSEPSI DASAR
                                
Bernard Berelson dan Gary A. Steiner mendefinisikan motivasi sebagai :
ž  All those inner striving conditions variously described as wishes, desires. Needs, drives, and the like.
ž  Motivasi dapat diartikan sebagai keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan (moves), dan mengarah atau menyalurkan perilaku ke arah mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan.
                                
Kebutuhan tersebut timbul akibat adanya kebutuhan fisik biologis serta sosial ekonomis. Yang lebih penting adalah adanya kebutuhan (needs) yang bersifat sosial psikis, misalnya penghargaan, pengakuan, keselamatan, perlindungan, keamanan, jaminan sosial, dan sebagainya.

ž  Secara singkat di satu pihak secara pasif, motivasi sebagai kebutuhan sekaligus sebagai pendorong yang dapat menggerakan semua potensi, baik karyawan maupun sumber daya lainnya.
ž  Di lain pihak dari segi aktif, motivasi sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan daya potensi karyawan agar secara produktif berhasil mencapai tujuan.

PENGORGANISASIAN

Apa yang dikatakan orang tentang organisasi tak ubahnya sebagai wadah dan alat untuk mencapai tujuan mereka yang di dalamnya terdapat norma-norma yang harus dipedomani dan nilai yang perlu dipegang teguh

Organisasi dapat didefinisikan sebagai sekelompok orang yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk merealisasikan tujuan bersama.
               
Suatu organisasi minimum mengandung tiga elemen yang saling berhubungan.
                Ketiga elemen organisasi tersebut adalah
                1.sekelompok orang,
                2.interaksi dan kerja sama, serta
                3.tujuan bersama.

ž  Salah satu ciri utama dari suatu organisasi adalah adanya sekelompok orang yang menggabungkan diri dengan suatu ikatan norma, peraturan, ketentuan, dan kebijakan yang telah dirumuskan dan masing-masing pihak siap untuk menjalankan dengan penuh tanggung jawab.
ž  Ciri kedua adalah bahwa dalam suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang tersebut saling mengadakan hubungan timbal balik, saling memberi dan menerima, dan juga saling bekerja sama untuk melahirkan dan merealisasikan maksud (purpose), sasaran (objective), dan tujuan (goal).
ž  Ciri ketiga adalah bahwa dalam suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang saling berinteraksi dan bekerja sama tersebut diarahkan pada suatu titik tertentu, yaitu tujuan bersama dan ingin direalisasikan. Setiap organisasi memiliki tujuan yang telah dirumuskan secara bersama-sama.



PERENCANAAN

• Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan—tak akan dapat berjalan.
• Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal.
• Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota organisasi.
• Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal merupakan rencana bersama anggota korporasi, artinya, setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.

Jika Ingin Penjelasan Lebih Lanjut Silahkan Download Filenya :

Download Download

KEWIRAUSAHAAN




PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN

Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti : pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha, berarti perbuatan amal, bekerja, berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu. Ini baru dari segi etimologi (asal usul kata). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya serta memasarkannya.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi wirausaha menurut beberapa ahli:

# JOSEPH C. SCHUMPETER
Wirausaha adalah orang yang mampu menghancurkan keseimbangan pasar dan kemudian membentuk keseimbangan pasar yang baru dan mengambil keuntungan-keuntungan atas perubahan-perubahan tersebut .
#RAYMOND W.Y. KAO
Wirausaha adalah orang yang mampu menciptakan dan merancang suatu gagasan menjadi realita.

#RICHARD CANTILLON
Wirausaha adalah seseorang yang mampu memindahkan atau mengkonversikan sumber-sumber daya ekonomis dari tingkat produktivitas rendah ketingkat produktivitas yang lebih tinggi

#SCHUMPETER
Wirausaha merupakan inovator yang tidak selalu menjadi inventor (penemu)

#SYAMSUDIN SURYANA
Wirausaha adalah seseorang yang memiliki karakteristik percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambil resiko yang wajar, kepemimpinan yang lugas, kreatif menghasilkan inovasi, serta berorientasi pada masa depan.
#PRAWIROKUSUMO
Wirausaha adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang dan perbaikan hidup .


SEJARAH KEWIRAUSAHAAN
Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard Castillon pada tahun 1755.Di luar negeri, istilah kewirausahaan telah dikenal sejak abad 16, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir abad 20. Beberapa istilah wirausaha seperti di Belanda dikenadengan ondernemer, di Jerman dikenal dengan unternehmemed.
Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950-an di beberapa negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada.Bahkan sejak 1970-an banyak universitas yang mengajarkan kewirausahaan atau manajemen usaha kecil.Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan kewirausahaan.
Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja.Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang.

PROSES KEWIRAUSAHAAN
Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave, proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk ‘’locus of control’’, kreativitas,keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembangan menjadi wirausahawan yang besar.

Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang bersal dari individu, seperti ‘’locus of control’’, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang.[rujukan?] Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan keluarga.
KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN

1. Motif Berprestasi Tinggi
Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi. Faktor dasarnya adalah kebutuhan yang harus dipenuhi.
Wirausaha yang memiliki motif berprestasi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.
2. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan
kegagalan.
3. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.
4. Berani menghadapi resiko dengan penuh perhitungan.
5. Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang


2. Selalu Perspektif
Seorang wirausahawan hendaknya seorang yang mampu menatap masa dengan dengan lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha. Usaha memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki persepktif dan pandangan kemasa depan. Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan maka ia akan selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya. Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda dengan yang sudah ada.
Walaupun dengan risiko yang mungkin dapat terjadi, seorang yang perspektif harus tetap tabah dalam mencari peluang tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada. Karena itu ia harus mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.
3. Memiliki Kreatifitas Tinggi kreativitas mengandung pengertian, yaitu :
1. Kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada.
2. Hasil kerjasama masa kini untuk memperbaiki masa lalu dengan cara baru.
3. Menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih baik.

Menurut Zimmerer ada tujuh langkah proses berpikir kreatif dalam kewirausahaan, yaitu:
Tahap 1: Persiapan (Preparation)
Tahap 2: Penyelidikan (Investigation)
Tahap 3: Transformasi (Transpormation)
Tahap 4: Penetasan (Incubation)
Tahap 5: Penerangan (Illumination)
Tahap 6: Pengujian (Verification)
Tahap 7: Implementasi (Implementation)


4. Memiliki Perilaku Inovatif Tinggi

Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi tidaklah sesulit yang dibayangkan banyak orang, karena setiap orang dalam belajar berwirausaha.
Ada tiga hal yang selalu dihadapi seorang wirausaha di bidang apapun, yakni:
1. Obstacle (hambatan)
2. Hardship (kesulitan)
3. Very rewarding life (imbalan atau hasil bagi kehidupan yang memukau).


5. Selalu Komitmen dalam Pekerjaan, Memiliki Etos Kerja dan Tanggung Jawab
Seorang wirausaha harus memiliki jiwa komitmen dalam usahanya dan tekad yang bulat didalam mencurahkan semua perhatianya pada usaha yang akan digelutinya, didalam menjalankan usaha tersebut.seorang wirausaha yang sukses terus memiliki tekad yang mengebu-gebu dan menyala-nyala (semangat tinggi) dalam mengembangkan usahanya, ia tidak setengah-setengah dalam berusaha, berani menanggung resiko, bekerja keras, dan tidak takut menghadapi peluang-peluang yang ada dipasar. Tanpa usaha yang sungguh-sunguh terhadap pekerjaan yang digelutinya maka wirausaha sehebat apapun pasti menemui jalan kegagalan dalam usahanya. Oleh karena itu penting sekali bagi seorang wirausaha untuk komit terhadap usaha dan pekerjaannya.

6. Mandiri atau Tidak Ketergantungan
Sesuai dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup.


7.Berani Menghadapi Risiko
Richard Cantillon, orang pertama yang menggunakan istilah entrepreneur di awal abad ke-18, mengatakan bahwa wirausaha adalah seseorang yang menanggung risiko. Wirausaha dalam mengambil tindakan hendaknya tidak didasari oleh spekulasi, melainkan perhitungan yang matang. Ia berani mengambil risiko terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu, wirausaha selalu berani mengambil risiko yang moderat, artinya risiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi risiko yang didukung komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objektif, dan merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran kegiatannya .Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan.


8. Selalu Mencari Peluang
Esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan dan masyarakat, cara yang etis dan produktif untuk mencapai tujuan, serta sikap mental untuk merealisasikan tanggapan yang positif tersebut.


9. Memiliki Jiwa Kepemimpinan
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan dan keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, lebih dahulu, lebih menonjol. Dengan menggunakan kemampuan kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang dihasilkanya lebih cepat, lebih dahulu dan segera berada dipasar.

10. Memiliki Kemampuan Manajerial
Kemampuan untuk memanagerial usaha yang sedang digelutinya, seorang wirausaha harus memiliki kemampuan perencanaan usaha, mengorganisasikan usaha, visualisasikan usaha, mengelola usaha dan sumber daya manusia, mengontrol usaha, maupun kemampuan mengintergrasikan operasi perusahaanya.


11. Memiliki Kerampilan Personal

Wirausahawan andal memiliki ciri-ciri dan cara-cara sebagai berikut:
1. Percaya diri dan mandiri yang tinggi untuk mencari penghasilan dan keuntungan melalui usaha yang dilaksanakannya.
2. Mau dan mampu mencari dan menangkap peluang yang menguntungkan dan memanfaatkan peluang tersebut.
3. Mau dan mampu bekerja keras dan tekun untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih tepat dan effisien.
4. Mau dan mampu berkomunikasi, tawar menawar dan musyawarah dengan berbagai pihak, terutama kepada pembeli.
5. Menghadapi hidup dan menangani usaha dengan terencana, jujur, hemat, dan disiplin.
6. Mencintai kegiatan usahanya dan perusahaannya secara lugas dan tangguh tetapi cukup luwes dalam melindunginnya.
7. Mau dan mampu meningkatkan kapasitas diri sendiri dan kapasitas perusahaan dengan memanfaatkan dan memotivasi orang lain.

Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kegagalan Wirausaha
Menurut Zimmerer (dalam Suryana, 2003 : 44-45) ada beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:
1. Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.
2. Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
3. Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan menghambat operasional perusahan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
4. Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
5. Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.
6. kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat kaitannya dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
7. Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi besar.
8. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan. Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil.

Makalah Sumber Daya Manusia



SUMBER DAYA MANUSIA










DI SUSUN OLEH :
Beryl Cholif Ar
1296141028




JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS EKONOMI PEMBANGUNAN

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penyusun berhasil menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “Sumber Daya Manusia”. Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian Sumber Daya Manusia atau lebih khusunya membahasa Pengembangan Sumber Daya manusia.

Di harapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Sumber Daya Manusia. Peyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu di harapkan demi kesempurnaan makalah ini .

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Makassar, 11 November 2012

    Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR       
DAFTAR ISI
BAB I     PENDAHULUAN      
1.1    Latar Belakang Masalah
1.2    Rumusan Masalah
1.3    Tujuan Masalah
BAB II     PEMBAHASAN      
2.1    Hakekat Pengembangan SDM
2.2    Pengembangan SDM Melalui Pendidikan
2.3    Peranan Pendidikan Dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia
2.4    Pengertian dan strategi Manajemen SDM Pendidikan
BAB III     KESIMPULAN  
3.1    Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan. Secara makro, faktor-faktor masukan pembangunan, seperti sumber daya alam, material dan finansial tidak akan memberi manfaat secara optimal untuk perbaikan kesejahteraan rakyat bila tidak didukung oleh memadainya ketersediaan faktor SDM, baik secara kualitas maupun  kuantitas. Pelajaran yang dapat dipetik dari berbagai negara maju adalah, bahwa kemajuan yang dicapai oleh bangsa-bangsa di negara-negara tersebut didukung oleh SDM yang berkualitas. Jepang, misalnya, sebagai negara pendatang baru (late comer)  dalam kemajuan industri dan ekonomi memulai upaya mengejar ketertinggalannya dari negara-negara yang telah lebih dahulu mencapai kemajuan ekonomi dan industri (fore runners)  seperti Jerman, perancis dan Amerika dengan cara memacu pengembangan SDM (Ohkawa dan Kohama 1989).
Pengembangan SDM pada intinya diarahkan dalam rangka meningkatkan kualitasnya, yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan produktivitas. Hasil berbagai studi menunjukkan, bahwa kualitas SDM merupakan faktor penentu produktivitas, baik secara makro maupun mikro. Sumber Daya Manusia (SDM) secara makro adalah warga negara suatu bangsa khususnya yang telah memasuki usia angkatan kerja yg memiliki potensi untuk berperilaku produktif (dengan atau tanpa pendidikan formal) yg mampu memenuhi kebutuhan hidup sendiri dan keluarganya yang berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat di lingkungan bangsa atau negaranya.
Kualitas SDM Makro sangat dipengaruhi oleh kualitas kesehatan (fisik dan psikis), kualitas pendidikan informal dan formal (yang berhubungan dengan keterampilan/keahlian kerja), kepribadian terutama moral/agama, tingkat kesejahteraan hidup dan ketersediaan lapangan kerja yang relevan.
Dalam konteks mikro, Sumber Daya Manusia adalah manusia/orang yang bekerja di lingkungan sebuah organisasi yang disebut pegawai, karyawan, personil, pimpinan / manajer, pekerja, tenaga kerja, majikan buruh dll. Di lingkungan organisasi bidang pendidikan adalah semua pegawai administratif, pendidik /guru, dosen serta tenaga kependidikan lainnya.
Dalam kenyataannya manusia (SDM) dengan organisasi sebagai wadah untuk mewujudkan hakikat kemanusiaan dan untuk memenuhi kebutuhan (need) manusia memiliki hubungan yang sangat / kuat. Hubungan tersebut sebagai berikut :
    a. Manusia membutuh-                                               Organisasi membutuhkan
        kan organisasi                                                         manusia.
    b. Manusia penggerak                                                Tanpa manusia organisasi
        organisasi                                                                tidak akan berfungsi
    c. Manusia berorgani-                                                 Semua kebutuhan manusia
        sasi utk memenuhi                                                  merupakan obyek
        kebutuhannya                                                         organisasi

Oleh karena itu SDM diperlukan oleh setiap institusi kemasyarakatan dan organisasi. Berbagai institusi kemasyarakatan, seperti institusi keluarga, institusi ekonomi, dan institusi keagamaan, SDM merupakan unsur penting dalam pembinaan dan pengembangannya. Demikian pula dalam organisasi, SDM berperan sangat penting dalam pengembangannya, terutama bila diinginkan pencapaian tujuan yang optimal. Bila tujuan akhir setiap kegiatan pembangunan, baik dalam konteks makro maupun mikro, adalah peningkatan taraf hidup, maka optimalisasi pencapaian tujuan itu adalah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia secara optimal. Berdasarkan konsep di atas, dukungan SDM yang berkualitas sangat menentukan keoptimalan keberhasilan pencapaian tujuan itu.
Kualitas SDM ditentukan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, di antaranya kesehatan dan kemampuan. Faktor kemampuan sebagai salah satu faktor penentu kualitas SDM bisa dikembangkan di antaranya melalui pendidikan. Jadi, pendidikan merupakan suatu upaya dalam proses pengembangan SDM (Maginson, Joy Mattews, dan Banfield, 1993).

1.2       Rumusan Masalah


1.      Apakah Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan?
2.      Apakah hakikat manajemen SDM Pendidikan dalam dunia pendidikan saat ini ?
3.      Bagaimana kualitas SDM Pendidikan saat ini terkait dengan manajemen pendidikan sekolah?

1.3      Tujuan Masalah

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah selain memenuhi tugas dosen, dalam rangka pengambilan nilai, juga dijadikan bahan diskusi kelompok pada mata kuliah manajemen pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1      Hakekat Pengembangan SDM
Pengertian SDM ada dua macam, yaitu:
1)      Derajat kualitas usaha yang ditampilkan seseorang yang terlibat dalam proses produksi untuk menghasilkan barang atau jasa, dan
2)      Manusia yang memiliki kemampuan kerja untuk menghasilkan produksi, baik barang atau jasa (Simanjuntak, 1985).
Perbedaan antara kedua pengertian di atas terletak pada derajat kualitas manusia itu sendiri. Pada pengertian pertama, manusia dipandang sebagai SDM bila memiliki kualitas yang sesuai dengan tuntutan atau kebutuhan usaha. Dalam konteks makro, ciri yang menandainya adalah kualitas untuk melaksanakan perubahan dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat, sedangkan dalam konteks mikro adalah kualitas untuk melakukan proses produksi, misalnya dalam suatu organisasi bisnis atau industri. Jadi,  manusia menjadi SDM apabila dia terlibat dalam proses produksi dan kualitas kemampuan yang dimilikinya sesuai untuk menghasilkan produksi itu. Pada pengertian kedua, aspek kualitas tidak ditonjolkan. Karena pada dasarnya setiap individu manusia yang termasuk pada kategori angkatan kerja itu terlibat atau dapat dilibatkan dalam proses pembangunan atau proses produksi, maka dalam kondisi memiliki kemampuan apapun dia termasuk kategori SDM, apabila dia terlibat dalam proses itu. Bila belum terlibat, dia masih dikategorikan sebagai potensi. Oleh sebab ada persyaratan keterlibatan, baik pada pengertian pertama maupun pada pengertian kedua, maka pemanfaatan kemampuan dalam proses pembangunan nasional maupun dalam proses produksi merupakan indikator utama proses pengembangan SDM. Artinya, upaya apapun yang diarahkan untuk meningkatkan kompetensi, akan termasuk pada upaya pengembangan SDM apabila dikaitkan dengan pemanfaatannya dalam pembangunan atau dalam proses produksi.
Pengembangan SDM merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu pendekatan bersifat terintegrasi dan holistik dalam mengubah prilaku orang-orang yang terlibat dalam suatu proses pekerjaan, dengan menggunakan serangkaian teknik dan strategi belajar yang relevan (Megginson, Joy-Mattews, dan Banfield, 1993). Konsep ini mengandung makna adanya berbagai unsur kegiatan selama terjadinya proses mengubah prilaku, yaitu adanya unsur pendidikan, adanya unsur belajar, dan perkembangan. Unsur pendidikan dimaksudkan untuk menentukan teknik dan strategi yang relevan untuk mengubah prilaku. Unsur belajar dimaksudkan untuk menggambarkan proses terjadinya interaksi antara individu dengan lingkungan, termasuk dengan pendidik. Adapun unsur perkembangan dimaksudkan sebagai proses gradual dalam perubahan dari suatu keadaan, misalnya dari keadaan tidak dimilikinya kompetensi menjadi keadaan memiliki kompetensi, yang terjadi dalam jangka waktu tertentu.

2.2.     Pengembangan SDM Melalui Pendidikan
Pengembangan SDM yang membawa misi sebagaimana disebutkan di atas difokuskan pada peningkatan ketahanan dan kompetensi setiap individu yang terlibat atau akan terlibat dalam proses pembangunan. Peningkatan ketahanan dan kompetensi ini di antaranya dilaksanakan melalui pendidikan. Bila dikaitkan dengan pengembangan SDM dalam rangka meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri, pendidikan juga merupakan upaya meningkatkan derajat kompetensi dengan tujuan agar pesertanya adaptable  terhadap berbagai perubahan dan tantangan yang dihadapi. Selain itu, pendidikan yang diselenggarakan seharusnya juga memberi bekal-bekal kemampuan dan keterampilan untuk melakukan suatu jenis pekerjaan tertentu yang dibutuhkan agar dapat berpartisipasi dalam pembangunan (Boediono, 1992). Program semacam ini harus dilaksanakan dengan disesuaikan dengan keperluan dan usaha yang mengarah kepada antisipasi berbagai perubahan yang terjadi, baik di masa kini maupun yang akan datang (Han, 1994; Dertouzas, Lester, dan Solow, 1989).
Sebagaimana dijelaskan di atas, pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses melakukan perubahan, dalam rangka perbaikan, untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kesejahteraan terkait dengan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup rakyat, baik material maupun mental dan spiritual. Adapun kualitas SDM terkait dengan derajat kemampuan, termasuk kreatifitas, dan moralitas pelaku-pelaku pembangunan. Atas dasar ini, proses perubahan yang diupayakan melalui pembangunan seharusnya menjangkau perbaikan semua sektor secara menyeluruh dan berimbang, pada satu sisi, dan pada sisi lain merupakan upaya meningkatkan kualitas SDM.
Perbaikan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat adalah fokus dari pembangunan sektor ekonomi, dengan tujuan meningkatkan pemenuhan kebutuhan yang bersifat fisik dan material, baik kebutuhan primer,  sekunder, tertier maupun kuarter. Pemenuhan kebutuhan ini seharusnya seimbang dengan pemenuhan kebutuhan mental dan spiritual. Bebas dari rasa takut, adanya rasa aman, dihargai harkat dan martabatnya, dilindungi kebebasan dan hak-haknya, serta tersedianya kesempatan yang sama untuk mewujudkan cita-cita dan potensi diri adalah bentuk-bentuk kebutuhan mental yang seharusnya diperbaiki kondisinya melalui pembangunan. Adapun pemenuhan kebutuhan spiritual terkait dengan kebebasan dan ketersediaan prasarana, sarana dan kesempatan untuk mempelajari, mendalami dan menjalankan ajaran agama yang dianut, sehingga komunikasi dengan Sang Pencipta dapat terpelihara.
Pada sisi peningkatan kualitas SDM, pembangunan diarahkan untuk menjadikan rakyat negeri ini kreatif, menguasai serta mampu mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS), dan memiliki moralitas. Kreatifitas diperlukan untuk bisa bertahan hidup dan tidak rentan dalam menghadapi berbagai kesulitan. Dengan kreatifitas, seseorang menjadi dinamis dan bisa menemukan jalan keluar yang positif ketika menghadapi kesulitan atau masalah.
Penguasaan dan kemampuan mengembangkan IPTEKS sangat dibutuhkan untuk peningkatan taraf hidup, dan agar bangsa ini bisa disandingkan dan ditandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Ini mengingat, globalisasi dalam berbagai bidang kehidupan sudah tidak bisa dihindari dan berdampak pada terjadinya persaingan yang ketat, baik dalam kehidupan sosial, ekonomi, maupun politik. Untuk  bisa memasuki pergaulan dalam kehidupan global (persandingan dengan masyarakat global) maupun untuk meraih keberhasilan dalam berbagai kesempatan yang tersedia (pertandingan dalam kehidupan global) diperlukan pengusaan dan kemampuan mengembangkan IPTEKS. Adapun moralitas sangat diperlukan agar dalam menjalani kehidupannya prilaku bangsa ini dikendalikan oleh nilai-nilai kebenaran dan keadilan yang bersifat nasional dan universal. Karena nilai-nilai ini berkait dengan batas-batas antara baik dan tidak baik, benar dan tidak benar, serta antara yang menjadi haknya dan bukan haknya, maka tingginya moralitas dapat meningkatkan keterpercayaan dan keandalan individu dan masyarakat, baik di mata bangsanya sendiri maupun dalam pergaulan global. Jadi, kualitas SDM bukan hanya ditentukan oleh kemampuan dan kreativitasnya saja tetapi juga oleh derajat moralitasnya. Selain berkaitan dengan sistem masyarakat secara umum, kualitas SDM mempunyai keterkaitan erat dengan kualitas pendidikan sekolah. Karena SDM berkualitas adalah keluaran sistem pendidikan, proses pendidikan harusnya menjadikan kreativitas, penguasaan dan kemampuan mengembangkan IPTEKS, serta moralitas sebagai acuan dasar. Unsur penguasaan dan kemampuan mengembangkan IPTEKS bisa dicapai melalui proses pembelajaran sejumlah mata ajaran secara berjenjang. Unsur kretivitas bisa dirajut dalam sebagian dari mata ajaran tertentu, misalnya matematika, IPA dan IPS, namun dengan penerapan model pembelajaran yang kondusif, seperti keterampilan proses (melalui penemuan).
Adapun unsur moralitas dibangun melalui proses yang kompleks, yang mengutamakan pada pembentukan sikap yang berkait dengan norma dan nilai-nilai. Unsur ini bisa juga dirajut melalui isi berbagai mata ajaran, tidak mesti menjadi suatu mata ajaran tersendiri dalam kurikulum. (Fogarty, 1991).

2.3.    Peranan Pendidikan Dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia
Persoalan ketenagakerjaan selalu mendapat perhatian yang serius dari berbagai kalangan,  baik  pemerintah, swasta maupun dari masyarakat. Kompleksitas permasalahan ketenagakerjaan ini dapat dipandang sebagai suatu upaya masing-masing individu untuk memperoleh dan mempertahankan hak-hak kehidupan yang melekat pada manusia agar memenuhi kebutuhan demi kelangsungan hidup.
Tujuan pembangunan nasional, yaitu terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan dan berdaya saing maju dan sejahtera dalam wadah negara kesatuan republik indonesia yang didukung oleh manusia yang sehat, mandiri dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
Dari tujuan tersebut tercermin bahwa sebagai titik sentral pembangunan adalah pemberdayaan sumber daya manusia termasuk tenaga kerja, baik sebagai sasaran pembangunan maupun sebagai pelaku pembangunan. Dengan demikian, pembangunan ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek pendukung keberhasilan pembangunan nasional. Di sisi lain, terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan nasional tersebut, khususnya dibidang dibidang ketenagakerjaan, sehingga diperlukan kebijakan dan upaya dalam mengatasinya.
Sehubungan hal tersebut di atas pengembangan SDM di Indonesia dilakukan melalui tiga jalur utama, yaitu pendidikan, pelatihan dan pengembangan karir di tempat kerja.
Jalur pendidikan merupakan tulang punggung pengembangan SDM yang dimulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Sementara itu, jalur pelatihan dan pengembangan karir di tempat kerja merupakan jalur suplemen dan komplemen terhadap pendidikan.
Arah pembangunan SDM di indonesia ditujukan pada pengembangan kualitas SDM secara komprehensif meliputi aspek kepribadian dan sikap mental, penguasaan ilmu dan teknologi, serta profesionalisme dan kompetensi yang ke semuanya dijiwai oleh nilai-nilai religius sesuai dengan agamanya. Dengan kata lain, pengembangan SDM di Indonesia meliputi pengembangan kecerdasan akal (IQ), kecerdasan sosial (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ).
Dalam rangka pengembangan SDM di indonesia, banyak tantangan yang harus dihadapi. Tantangan pertama adalah jumlah penduduk yang besar, yaitu sekitar 216 juta jiwa. Tantangan kedua adalah luasnya wilayah indonesia yang terdiri dari 17.000 pulau dengan penyebaran penduduk yang tidak merata. Tantangan ketiga adalah mobilitas penduduk yang arus besarnya justru lebih banyak ke pulau Jawa dan ke kota-kota besar.
Berbagai tantangan seperti itu, memerlukan konsep, strategi dan kebijakan yang tepat agar pengembangan SDM di Indonesia dapat mencapai sasaran yang tepat secara efektif dan efisien. Hal ini penting dilakukan karena peningkatan kualitas SDM Indonesia tidak hanya untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing di dalam maupun diluar negeri, tetapi juga untuk meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan penghasilan bagi masyarakat.

2.4      Pengertian dan strategi Manajemen SDM Pendidikan
Pengertian Manajemen SDM Pendidikan :
1.    Manajemen SDM Pendidikan adalah proses memberdayakan personal, khususnya pendidik dan tenaga kependidikan untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan formal secara efektif dan efisien.
2.    Manajemen SDM Pendidikan adalah proses perencanan, pengorganisasian dan pengendalian personal pendidikan sebagai sumber daya manusia untuk mencapai tujuan lembaga pendidkan formal.
3.    Manajemen SDM Pendidikan adalah kegiatan memberdayakan personil di lingkungan organisasi bidang pendidikan secara manusiawi, agar memberikan kontribusi secara optimal dan dengan memperoleh kepuasan kerja.
4.    Manajemen SDM Pendidikan adalah proses mendayagunakan sumber daya manusia bidang pendidikan secara manusiawi dalam arti diperlakukan sebagai subyek dan dipenuhi hak asasinya agar mampu memfokuskan kinerjanya pada tujuan lembaga pendidikan formal.
Manajemen SDM Pendidikan seperti tersebut di atas, memerlukan Strategi Manajemen SDM yang harus diimplementasikan secara efektif dan efisien agar mampu mencapai tujuan pendidikan secara optimal.

1. FILSAFAT MSDM PENDIDIKAN
SDM Pendidikan harus dikelola dan diberdayakan berdasarkan nilai-nilai sbb :
a.    Nilai-nilai Demokratis yg menghargai dan menghormati setiap personil pendidikan yang memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai individu.
b.    Nilai-nilai Kemanusiaan yang melindungi hak-hak asasi setiap personil pendidikan secara manusiawi yang harus diperlakukan sebagai subyek.
2. KEBIJAKSANAAN MSDM PENDIDIKAN
SDM Pendidikan harus diperlakukan dengan kebijaksanaan sbb:
a.         Tidak Deskriminatif atau tanpa membedakan personil pendidikan berdasarkan suku, ras, agama, golongan, warna kulit dalam rekrutmen dan seleksi, penempatan, pelatihan, promosi, kompensasi dll.
b.      Memberi peluang yang sama pada personil pendidikan untuk bersaing dalam berprestasi dan mendapatkan reward berdasarkan prestasi kerjanya.
3. PROGRAM MSDM PENDIDIKAN
Program-program MSDM Pendidikan dirancang dan dilaksanakan untuk :
a.    Membantu personil pendidikan untuk meningkatkan kemampuan kerja (kinerja) guna meningkatkan kontribusi masing-masing dlm rangka mencapai tujuan pendidikan.
b.    Menjamin dan mengusahakan perlakuan yang adil dan manusiawi pada personil pendidikan khususnya dalam bidang kesejahteraan.
4. PROSES MSDM PENDIDIKAN
Semua pimpinan organisasi dan unit kerja pendidikan memiliki tanggung jawab melaksanakan proses MSDM sbb:
a.    Melakukan kerjasama dan koordinasi antara unit personalia dengan semua unit di lingkungan organisasi masing-masing pada organisasi pengelola dan pelaksana    pendidikan formal
b.    Menjalankan fungsi pembinaan, pengembangan dan pengendalian SDM di unit kerja masing-masing meliputi :
•      Menciptakan dan mengembangkan hubungan kerja dan kerjasama (team work) antar personilnya.
•      Menumbuhkan dan mengembangkan motivasi kerja/ berprestasi dalam rangka meningkatkan produktivitas unit kerja/organisasi termasuk sekolah.
•      Menggali dan menyalurkan kreativitas, inisiatif.
•      Menggali dan menyalurkan kreativitas, inisiatif dan inovasi personil pendidikan untuk mengembangkan organisasi/unit kerja pendidikan masing-masing.
•      Menegakan, memelihara dan mengembangkan disiplin kerja dan disiplin waktu yg positif dan dinamis, termasuk melakukan manajemen konflik.
•      Menyediakan informasi/data mengenai personil unit ker ja masing-masing dalam rangka membangun SIM SDM Pendidikan sebagai bagian SIM Organisasi.
5. KEGIATAN MSDM PENDIDIKAN
MSDM harus melakukan berbagai kegiatan, meskipun ada di antaranya yang tidak dilaksanakan secara intensif. Totalitas Kegiatan MSDM Pendidikan mencakup : Analisis Pekerjaan, Perencanaan SDM, Rekrutmen dan Seleksi SDM, Orientasi dan Pengangkatan, Pelatihan, Pengembangan Karir, Konpensasi (Upah dan Insentif), dan Evaluasi Kinerja.





BAB III
KESIMPULAN

3.1    Kesimpulan
Sebagai suatu bentuk upaya dalam pengembangan SDM, pendidikan merupakan salah satu sektor terpenting dalam pembangunan Pendidikan dan Perspektif nasional. Hal ini mengingat pendidikan menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yang menjadi faktor input dominan dalam pembangunan tersebut. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan pembangunan nasional, pendidikan seharusnya mendapat prioritas, karena melalui upaya ini dapat dihimpun stok modal manusia dan stok modal sosial yang memadai secara kualitas untuk melaksanakan pembangunan. Tanpa tersedianya stok modal manusia dan stok modal sosial yang memadai, terutama secara kualitas, keberhasilan pembangunan patut dipertanyakan.


Daftar Pustaka

Boediono, (1994). Pendidikan dan Latihan Dalam Periode Tinggal Landas.  Mimbar Pendidikan,  No. 1 Tahun XIII.
Dertouzas, M.L., Lester, R.K., dan Solow, R.M., (1989). Made In America: Regaining the Productive Edge.  Cambridge, MA: Harper Perennial.
Gilley, J.W., dan Eggland, S.E., (1989). Principles of Human Resource Development.  Reading, MA: Addison-Wisley Publishing Company, Inc.
Jones, J dan Walter, L. Donald, (2008). Human Resource Management in Education. Manajemen Sumberdaya Manusia dalam Pendidikan. Yogyakarta: Q-Media,
Megginson, D., Joy-Mattews, J., dan Banfield, P., (1993).  Human Resource Development. London: Kogan-Page Limited.
Simanjuntak, P., (1985). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Suryadi, A. (1995). Kebijaksanaan Pendidikan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia: Transisi Menuju era Indonesia Modern. Jakarta: Pusat Informatika, Balitbang Dikbud. Silahkan Download File Dalam Bentuk MS World

Jumat, 13 September 2013

Makalah Sejarah Pemikiran Ekonomi

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI MONETERIS



  






Di Susun Oleh :




JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Kata Pengantar

Puji syukur kami limpahkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Pemikiran Ekonomi Moneteris ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, Nabi akhir zaman. Amin…..
Manusia sebagai makhluk sosial, tak lepas dari bantuan dan bimbingan orang lain. Maka dari itu kami selaku penyusun makalah Pemikiran Ekonomi Moneteris ini, mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Dengan selesainya makalah ini saya berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, khususnya bagi para pembaca.
Sebagai manusia biasa kami sadar bahwa pembuatan makalah tentang Pemikiran Ekonomi Moneteris ini masih jauh dari sempurna. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, dan kelemahan adalah milik kita sebagai makhluk. Maka dengan demikian demi terciptanya makalah yang lebih baik untuk kedepan, kami mohon sekiranya para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua. Amin….


                                                                                                                             Makassar, 12 Juni 2013


                                                                                                                                         Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................     i

DAFTAR ISI......................................................................................................................        ii

BAB I PENDAHULUAN

A   Latar Belakang.....................................................................................................................     1

B    Rumusan Masalah................................................................................................................     1

BAB II PEMBAHASAN

A.    Ekonomi Klasik……………................................................................................................    2

B.    Teori Keynes........................................................................................................................    5

C.    Pokok-pokok Pikiran Aliran Moneteris................................................................................    8


BAB III KESIMPULAN....................................................................................................      26

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................  27

BAB I
PENDAHULUAN

Ø  Latat Belakang

Aliran monetaris pada prinsipnya menekankan bahwa perkembangan moneter merupakan unsur penting dalam perkembangan produksi, kesempatan kerja dan harga – harga. Pertumbuhan jumlah uang beredar merupakan unsur yang paling dapat diandalkan dalam perkembangan moneter dan bahwa perilaku otoritas moneter menentukan jumlah uang beredar.
Kelompok monetaris berasumsi bahwa mekanisme pasar di dalam perekonomian dapat berjalan secara otomatis sehingga harga – harga dapat segera menyesuaikan (naik atau turun) apabila terjadi perbedaan (lebih besat atau lebih kecil) antara permintaan dan penawaran pasar.
Kelompom monetaris berpendapat bahwa uang hanya berpengaruuh pada tingkat inflasi dan tidak pada pertumbuhan ekonomi. Implikasinya adalah bahwa kebijakan moneter tersebut perlu dilakukan dengan rules yang dibakukan dan diarahkan untuk mengendalikan inflasi. Kebijakan moneter tidak dapat dipergunakan secara aktif mempengaruhi kegiatan ekonomi riil, dalam arti dapat dilonggarkakn apabila sektor riil sedang lesu dan diketatkan apabila terjadi peningkatan kegiatan ekonomi secara berlebihan.
Tokoh aliran monetaris Milton Friedman menekankan bahwa perilaku dalam pertumbuhan jumlah uang beredar sangat mempengaruhi aktivitas – aktivotas ekonomi. Stok jumlah uang beredar dalam perekonomian akan menentukan laju inflasi dalam jangka panjang.
Ada keterkaitan antara perubahan dalam jumlah uang beredar dengan perubahan tingkat aktivitas ekonomi. Fluktuasi ekonomi yang terjadi menuruut pandangan Friedman lebih disebabkan oleh perubahan jumlah uang beredar, dan yakin bahwa gangguan moneter merupakan faktor penting yang menyebabkan perubahan – perubahan dalam tingkat aktivitas ekonomi. Ketidakstabilan laju pertumbuhan jumlah uang beredar akan tercermin pada berbagai aktivitas ekonomi.
Pemerintah perlu memperhatikan naik turunnya laju pertumbuhan uang beredar. Karena pergerakan laju pertumbuhan uang beredar mempunyai pengaruh penting terhadap jalannya perekonomian di masa depan. Laju pertumbuhan uang beredar yang tidak menentu akan menghasilkan laju pertumbuhan ekonomi yang tidak menentu pula. Secara umum laju pertumbuhan uang beredar yang tinggi akan menyebabkan terjadinya boom inflasi. Sedangkan laju pertumbuhan jumlah uang beredar yang rendah akan mendorong terjadinya resesi. Friedman menyarankan agar jumlah uang beredar tidak boleh bertambah cepat dari seharusnya. Pedoman moneter yang dianjurkan Friedman untuk mengatasi hal ini adalah bahwa jumlah uang beredar ditambah setiap tahunnya sebesar laju pertumbuhan ekonomi.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    EKONOMI KLASIK

1.    PARA AHLI EKONOMI KLASIK
Beberapa tokoh mazhab klasik yang terkenal yaitu : Adam Smith, Thomas Robert Malthus, Jean Baptise Say, David Ricardo, Johan Heinrich von Thunen, Nassau William Senior, Friederich von Hermann, John Stuart Mill, dan Eliot Cairnes. Mereka terkenal, bukan karena  mereka memberikan pemecahan kepada kepada masalah ekonomi, melainkan karena cara mereka mengemukakan masalah.
Kita mengetahui bahwa setiap hasil yang dicapai dari analisis ilmiah dengan segera menjadi usang, akan tetapi probleemstellingnya tetap, dan dapat dikatakan bahwa klasssicisme suatu mashab ilmiah bukanlah terkandung pada hasil-hasil yang dicapainya melainkan pada cara masalah-masalah didekati berbeda dengan kaum merkantilis dan kaum fisiokart, kaum klasik telah menempatkan teori harga pada pusat analisis ekonomi mereka. Kaum klasik berusaha untuk memecahkan semua masalah ekonomi, dengan bantuan penyelidikan kea rah factor-faktor permintaan, dan penawaran yang menentukan harga.

2.ASPEK-ASPEK POKOK ILMU EKONOMI ADAM SMITH
a.Kekayaan sesuatu Negara
“The Wealth of Nation”, berusaha untuk menerangkan bagaimana kekayaan sesuatu negara bertambah, dan bagaimana kekayaan tersebut didistribusikan. (Hal tersebut juga merupakan tema dasar dari ekonomi modern).
Masalah-masalah dasar yang dihadapi oleh setiap perekonomian adalah :
1.Barang-barang dan jasa-jasa apakah akan dihasilkan
2.Bagaimanakah cara menghasilkan barang-barang serta jasa-jasa tersebut.
3.Bagaimanakah barang-barang serta jasa-jasa tadi dibagikan. Jadi secara singkat : masalah alokasi sumber daya ekonomi, masalah teknologi, dan masalah distribusi Pendapatan Nasional.
Adam Smith berpendapat bahwa sumber tunggal kekayaan, adalah produksi hasil tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Dalam hal ini Adam Smith sependapat dengan doktrin merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan suatu negara, dicapai dari surplus ekspor.

b.Pembagian Kerja
Alat-alat dasar dengan apa produksi diperbesar, menurut Adam Smith adalah :
1.Pembagian kerja
2.Penggunaan mesin-mesin

c.Nilai
Seperti diketahui, Aristoteles sudah pernah mengemukakan perbedaan antara nilai pakai dan nilai tukar. Adam Smith juga menggunakan perbedaan tersebut. Hal itu menyebabkan timbulnya salah satu paradoks ekonomi yang terkenal (Proudhon menyatakannya sebagai “Contradiction economique”) yaitu bahwa : air dan udarayang mempunyai nilai pakai sangat tinggi, mempunyai nilai tukar yang sangat rendah, sedangkan intan yang hampir tidak mempunyai nilai pakai, mempunyai nilai tukar yang sangat tinggi.

d.Ajaran nilai
Tenaga kerja menurut Adam Smith sekaligus merupakan sebab dan alat pengukur nilai. Menurut David Ricardo guna merupakan syarat mutlak bagi nilai tukar : terlepas dari bagaimana langka (jarang) sesuatu barang ataupun berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkannya – bilamana sesuatu barang tidak akan mempunyai nilai tukar sama sekali.

Menurut Ricardo harus diadakan pembagian barang-barang sebagai berikut :
a.Barang-barang yang dapat diproduksi begitu saja.
b.Barang-barang yang tidak dapat diproduksi begitu saja. Dalam kategori terakhir dapat disebut, misalnya lukisan-lukisan kuno, uang logam kuno, dan benda-benda antik. Harga benda demikian tergantung dari jumlah yang suka dibayar oleh para calon pembeli.
Harga alamiah (natuurlijke prijs) menurut Adam Smith adalah harga yang timbul apabila segala sesuatu berlangsung dengan “sendirinya”, dalam arti pada suatu masyarakat dimana terdapat kebebasan bertindak, dimana semua orang bebas untuk menghasilakan apa yang diinginkannya, dan menukar apa yang disukainya.
Harga pasar dapat menyimpang dari harga alamiah tersebut, karena pada saat tertentu, penawaran tidak segera dapat menyesuaikan diri dengan permintaan, atau disebabkan karena sesuatu tindakan pemerintah penyesuaian demikian dipersulit, atau tidak mungkin dilakukan. Akan tetapi harga-harga demikian, senantiasa akan merupakan pusat tendensi semua harga-harga pasar.

e.Konsep Homo Economicus
Adam Smith dalam uraian-urainnya menggunakan tipe manusia yang dinamakannya Homo Economicus ( manusia ekonomis). Definisi tradisional untuk manusia Ekonomis adalah : manusia yang berusaha untuk mencapai pemuaan kebutuhan maksimal dengan pengurbanan seminimalnya. Pengikut-pengikut Adam Smith menganggap konsep tersebut sebagai sesuatu yang logis, sedangkan pihak lain menganggapnya sebagai tipe manusia yang tidak pernah ada. Perokonomian dianggap analog oleh Adam Smith dengan tubuh manusia. Tubuh manusia diberi oleh alam kekuatan-kekuatan, untuk menghadapi “serangan-serangan” dari luar.
Self intereset (kepentingan diri sendiri), mengatur tubuh perokonomian, dan menyebabakan betambahnya kekeyaan, serta kesejahteraan suatu Negara.

f.Perekonomian Laisser – Faire
Adam Smith mengharapkan bahwa liberalismenya, karena kepentingan diri sendiri individu ditonjolkan, bukan saja akan menimbulkan efisiensi yang lebih besar melainkan pula menyebabkan kegiatan ekonomi yang lebih meluas. Dalam hal ini Quesnay, Adam Smith mencerminkan kepercayaan yang berlebih-lebihan dalam proses ekonomi, yang dapat memperbaiki diri sendiri dan yang dapat mengatur diri sendiri. Mekanisme harga, dianggap Adam smith (lebih-lebih lagi oleh Jean Baptiste Say) sebagai obat mujarab.
Apabila terdapat penggunaan tenaga kerja dan modal uang, maka sesuai dengan teori Adam Smith, persaingan antara para pekerja dan kaum kapitalis, untuk mempekerjakan sumber daya mereka secara efektif, akan menyebabkan turunnya upah dan bunga modal, hingga dengan demikian bagi para pengusaha akan menarik lagi, untuk menggunakan tenaga kerja kembali serta untuk meminjam uang.
Dengan demikian suatu depresi ekonomi hanya timbul, bilamana upah dan tingkat bunga adalah terlampau tinggi, mekanisme harga akhirnya akan menyebabkannya menjadi normal kembali. 

B.TEORI KEYNES
Dalam mancapai tujuan “FULL EMPLOYMENT” melalui kebijakan-kebijakan management, keynes merumuskan sebuah teori makro ekonomi yang mempersoalkan kondisi-kondisi yang memperngaruhi output dan kesempatan kerja secara keseluruhan. Variabel-variabel besar keynes adalah konsumsi total,investasi total, dan pendapatan total Yang dirumuskan sebagai berikut :

C + I= Y dimana : C = konsumsi total,
                                 I= investasi total,
                               Y= pendapatan total

Prosedur-prosedur diatas meliputi bahaya yang diabaikan yang mencakup komplektisitas prose-proses actual ekonomi dan efek-efek perbedaan antara individu dan klas. Pendapatan individual dan pengeluaran mereka membentuk aggregates seperti diatas. Perbedaan-perbedaan besar dalam dua jam yang sama menyebabkan mereka tidak dapat dibandingkan sebagai dasar untuk policy tetapi Keynes mencari simplisitas dan action.
Akantetapi variable-variabel dan pendapat yang dikemukakan oleh Keynes diatas sulit untuk diterapkan pada system moneter yang nyata karena akan menimbulkan dua proses yang berbeda diantaranya ialah perbedaan antara produksi dan konsumsi dan perbedaan antara pembayaran-pembayaran berupa uang dan pendapatan. Oleh Karena itu Keynes berpegang pada usaha untuk  memperbesar permintaan efektif dengan jalan memperbesar jumlah dan penggunaan uang hal tersebut menyebabkan Keynes menggunakan asumsi bahwa kekuatan membeli uang tetapkonstan atau bahwa factor-faktor prouksi tidak dipengaruhi oleh pendapatan-pendapatan nyata yang diterima.
Menurut Keynes jumlah uang yang tidak bervariasi terlampau banyak sebagai proporsi dari pendapatan nasional dan kecepatan pendapatan (income velocity) adalah stabil. Akan tetapi dalam kehidupan nyata bahwa bertambahnya jumlah uang akan menimbulkan gejalah seperti mengurangi kecepatan peredaran uang, ole karena itu harus dilakukan tindakan kecepatan pengeluaran agar peredaran uang menjadi stabil salah satunya ialah dengan jalan menginvestasikanya.
Menganai ekonomi tentang arus lingkar (circular flow economics) Keynes menyarankan agar pemerintah menggunakan prosedur sebagai berikut:
1.    GNP akan diestimasi berupa uang dalam kondisi full employment, pada permulaan sebuah periode.

2.Akan di buat estimasi tentang pembayaran-pembayaran berupa uang total yang akan dikeluarkan untuk barang konsumsi dan di tabung selama periode tersebut.

3.Apabila tabungan yang diperkirakan melampaui kesempatan untuk diinvestasikan pemerintah harus melakukan intervensi guna menciptakan lebih banyak pengeluaran untuk investasi.
Jadi pada pokoknya persoalan diatas ialah mengarah pada pemikran bahwa semua pendapatan berupa uang harus dikeluarkan sewaktu hal tersegut diterima dan hal tersebut membutuhkan pengawasan dari pemerintah.

4.Pokok Pemikiran Aliran Keynesian Baru
Pemikiran dalam kelompok Keynesian Baru sangat beragam  termasuk di dalamnya Mankiw, Summers, Stanley Fisher, Phelps, Akerlof, Yellen dan tiga nama yang telah disebutkan dalam Pendahuluan. Mankiw merupakan salah satu tokok yang paling banyak kontribusinya dalam pengembangan teori maupun dalam mengumpulkan artikel yangberhubungan dengan Keynesian Baru.
Perhatian utama dalam Keynesian Baru adalah mencari model yang kuat dan meyakinkan untuk menjelaskan adanya kekakuan upah dan harga dengan berlandaskan pada memaksimalkan perilaku dan ekspektasi rasional. Disamping itu, Keynesian Baru juga menaruh perhatian pada penelitan tentang proses penyesuaian harga yang terjadi diperusahaan.
 Sampai saat ini para ekonom belum mempunyai kesatuan pendapat tentang kebijakan perusahaan dalam hal penyesuaian harga. Kelompok ini juga tidak sepenuhnya menolak pandangan Klasik Baru. Walaupun demikian Keynesian Baru tetap memberikan sokongan kepada pandangan Keynes yaitu:
• Dalam perekonomian, adanya pengangguran yang tidak suka rela selalu berlaku.
• Pemerintah perlu secara aktif menjalankan kebijakan untuk mengatasi masalah
pengangguran dan atau inflasi dan mewujudkan kegiatan pada kesempatan kerja penuh. Dalam hal ini Keynesian Baru berkeyakinan bahwa dalam jangka panjang ekonomi pasar masih tidak akan mampu dengan sendirinya menciptakan kesempatan kerja penuh, sehingga tetap dibutuhkan adanya kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah yang dimaksudkan di sini adalah yang bersifat untuk mengurangi terjadinya ketidaksempurnaan pasar.
Pemikiran Keynesian Baru tentang adanya fluktuasi juga berbeda dengan pemikiran Keynes maupun Klasik. Perbedaan pandangan ini secara umum dapat dibedakan berdasarkan keyakinan berlakunya dikotomi klasik dan keseimbangan Walras.

5.Kekakuan Upah dan Harga
Pada dasarnya Keynesian Baru berpendapat bahwa walaupun terdapat pengangguran yang tidak suka rela dan kelebihan penawaran barang pada masa resesi, harga-harga barang tidak menurun ke tingkat yang akan mewujudkan kesempatan kerja penuh. Adanya bentuk pasar yang bukan persaingan sempurna, pasar yang tidak lengkap, dan informasi yang tidak simetris membuat harga barang bersifat kaku dan tidak mudah berubah seperti pada pasar persaingan sempurna. Untuk menjelaskan kekakuan baik kekakuan harga maupun kekakuan upah, Keynesian Baru mengemukan beberapa teori.

6.Penyebab Kekakuan Upah
a.Model Kontrak Implisit
Model ini aslinya berasal dari Bailey (1974), D.F. Gordon (1974), dan Azariadis (1975). Kemudian dikembangkan menjadi hipotesis tingkat alamiah (natural ratehypothesis) oleh Friedman (1968) dan Phelps (1968) yang lebih menekankan proses memaksimumkan perilaku untuk pasar tenaga kerja. Secara ringkas model ini menunjukan bahwa upah pekerja di suatu perusahaan ditentukan secara kontrak antara majikan dan serikat pekerja. Serikat pekerja akan melakukan negosiasi dan menandatangani kontrak kerja diantara pekerja yang diwakilinya untuk suatu periode tertentu. Selama masa kontrak  tersebut baik majikan maupun pekerja akan mematuhi keputusan yang telah disetujui.
Bila perusahaan ingin menyesuaikan kontrak sebelum waktunya maka akan dapat mempunyai dampak yang tidak menguntungkan karena:
•Negosiasi kontrak memerlukan biaya dan waktu baik bagi pengusaha maupun serikat pekerja.
•Kegagalan dalam bernegosiasi dapat berdampak yang luas seperti terjadinya aksi mogok para pekerja.
•Bukan suatu strategi yang optimum bagi perusahaan untuk mengurangi upah, Karen bila berlaku demikian akan banyak pekerja yang pindah ke perusahaan lain yang tidak menurunkan tingkat upahnya.
Ini berarti bahwa dengan adanya serikat pekerja yang kuat, tingkat upah tidak dapat dengan mudah berubah seperti pada pasar persaingan sempurna. Sehingga terjadi kekakuan upah dan terutama upah akan sukar sekali untuk menurun apabila terjadi resesi. Kekakuan ini yang menyebabkan timbul masalah pengangguran yang tidak suka rela.
b.Model Upah Efisien
Teori ini dikemukakan oleh Gordon (1990), Yellen (1984), Katz (1986, 1988), Harley (1990) dan Weiss (1991). Solow (1979) memberi dasar pada model ini. Upah efisien akan sama dengan produk marginal yang dapat diturunkan berdasarkan syarat kondisi cukup untuk memaksimumkan keuntungan di suatu perusahaan. Menurut teori ini perusahaan cenderung untuk menetapkan upah yang lebih tinggi dari pada upah keseimbangan pasar persaingan sempurna. Ada empat alasan perusahaan untuk memberikan upah yang tinggi, yaitu :
•Dengan upah yang lebih tinggi ini dimaksudkan untuk alat memaksimumkan disiplin pekerja dalam melaksanakan tugas. Upah yang tinggi akan membuat pekerja lebih giat bekerja dan meningkatkan produktivitasnya dan sumbangan kerjanya dapat meningkatkan produktivitas total perusahaan. Upah yang tinggi ini menyebabkan mereka takut kehilangan pekerjaan dan hal ini menyebabkan mereka bekerja dengan lebih giat.
•Untuk menghindari biaya penggantian pekerja. Dengan sistem upah yang baik maka kemungkinan pekerja keluar dari perusahaan dapat diperkecil, sehingga dapat dihindari pengeluaran biaya untuk mencari pekerja baru. Biaya yang timbul akibat keluarnya pekerja dari perusahaan dapat berupa: (i) kehilangan produksi dari pekerja lama yang sedang mencari pekerjaan baru, (ii) biaya untuk merekrut pekerja baru, (ii) biaya untuk memberi pelatihan kepada pekerja baru, dan (iv) pekerja baru mempunyai produktivitas yang lebih rendah.
•Sebagai alat untuk memilih tenaga kerja yang berkualitas tinggi. Tenaga kerja yang tersedia bersifat heterogen, yang berbeda baik dari segi kepandaian, kerajinan, ketekunan maupun sikap dalam menjalankan tugas. Apabila perusahaan menawarkan upah yang lebih tinggi, maka lebih banyak pekerja yang berkualitas akan melamar pekerjaan tersebut. Dengan demikian melalui upah yang lebih tinggi, perusahaan dapat memperoleh pekerja yang mempunyai mutu yang lebih baik.
•Upah yang tinggi merupakan imbalan yang seimbang bagi pekerja yang mempunyai prestasi yang baik. Setiap pekerja mengukur penghargaan perusahaan terhadap dirinya berdasarkan tingkat upah yang dibayarkan, begitu juga perusahaan akan memberikan imbalan bagi pekerja yang giat melaksanakan kerja dengan sebaik mungkin sebagai tanda terima kasih. Ini merupakan imbalan yang seimbang baik bagi pekerja maupun bagi perusahaan.
c.Model Orang Dalam – Orang Luar
Model ini dikembangkan pada tahun 1980an oleh Lindbeck dan Snower. Pada dasarnya teori ini menganggap pasar barang dan pasar tenaga kerja bersifat persaingan tidak sempurna. Bila dalam pasar tenaga kerja terdapat serikat pekerja dan jumlah perusahaan relatif terbatas, maka tingkat upah ditentukan dari perjanjian kontrak kolektif antara serikat pekerja dengan majikan.
Dalam pasar yang demikian tenaga kerja dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (i) yang menjadi anggota serikat buruh atau disebut orang dalam (insider) dan (ii) yang tidak menjadi anggota serikat buruh atau disebut orang luat (outsider).
Penentuan upah dengan kontrak tersebut cenderung lebih tinggi dari pada bila terjadi di pasar persaingan sempurna. Apabila terjadi resesi, perusahaan akan mengurangi pekrjanya dan sebagian orang dalam menganggur dan menjadi orang luar. Bila kegiatan perekonomian pulih kembali, orang dalam akan menuntut kenaikan upah, sedangkan orang luar akan menghadapi kesulitan untuk memperoleh pekerjaan. Hal ini disebabkan berbagai halangan dari serikat pekerja untuk menghalangi orang luar diambil kerja oleh perusahaan.
C. POKOK-POKOK PIKIRAN ALIRAN MONETARIS
Ketidakberhasilan ajaran-ajaran Keynes dlm memecahkan masalah-masalah yg dihadapi melahirkan suatu aliran baru yg disebut “aliran Monetaris” yg mengutamakan kebi-jaksanaan moneter dlm mengatasi kemelut ekonomi. Istilah ini pertamakali digunakan oleh Karl Brunner untuk menggambarkan berbagai studi dibidang ekonomi moneter & kebijaksanaan moneter. Penekanan pokok pandangan monetaris terletak pa-da stok uang. Menurut Friedman, perubahan dlm jum lah uang beredar sangat besar pengaruhnya terhadap:
1.Tingkat inflasi dlm jangka panjang                       
2.Perilaku GNP ril dlm jangka panjang      
Friedman menyimpulkan secara umum laju pertum-buhan uang yg tinggi menyebabkan terjadinya booms & inflasi. Sementara itu, penurunan dlm laju pertum-buhan uang dapat menimbulkan resesi & kadang-kadang bahkan juga deflasi.
Aliran monetaris dalam perkembangannya sejak pertengahan dasawarsa 60 meliputi berbagai sub aliran yang beraneka ragam. Sejumlah sub aliran masing-masing memberikan penekanan yang berebeda terhadap peranan bidang moneter dalam perkembangan ekonomi. Tampaknya memang agak sulit untuk memberi suatu definisi yang agak baku mengenai ruang lingkup materi dan sifat monetarisme.
Monetarisme yang dikenal dewasa ini dengan berbagai wajahnya pada hakikatnya merupakan suatu reformasi (perumusan ulang) dalam wujud yang baru dari teori kuantitas tentang uang sebagaimana mula-mula dikemukakan oleh Irving Fisher pada abad XX, yang benih-benihnya sudah terkandung dalam gagasan Jean bodin dari zaman Pramerkantilis dia bad XXI. Sama halnya dengan mazhab Keynes dan Neo Keynes, golongan Monetaris juga berdasar dari kenyataan adanya ketidak seimbangan sebagai kecenderungan dalam perkembangan ekonomi. Aliran Monetaris sangat menarik untuk di bahas karena inti pokok pandangan golongan monetaris membahas tentang :
1.Sebab terjadinya perubahan pendapatan nasional
Sebab-sebab terjadinya perubahan pendapatan nasional menurut Friedman bersumber semata-mata pada tingkat permintaan uang, dimana volume permintaan uang ini tingkat pengeluaran yang akan dilakukan dalam masyarakat. Oleh sebab itu menurut Friedman, sebab yang paling penting adalah untuk menguasai volume uang dalam peredaran. Sebab jumlah uang itu yang mempengaruhi jumlah pengeluaran secara menyeluruh. Hal ini satu sama lain akan berdampak pada pertumbuhan dan kestabilan ekonomi.
Sementara itu juga diakui, monopoli dan oligopoli dalam persaingan. Akan tetapi adanya monopoli dan oligopoli tidak begitu besar bobot penagruhnya terhadap proses kegiatan ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Selama jumlah pasok uang dapat dikuasai, akhirnya dalam perkembangan waktu tingkat harga dan keadaan ekonomi menjadi stabil dan maju.
2.Kebijaksanaan moneter
Menurut pemikiran Keynes, kebijaksanaan ekonomi yang harus dilakukan pemerintah adalah kebijaksanaan fiskal yang anti siklus. Golongan monetaris mengalihkan perhatian dari kebijaksanaan fiskal ke kebijaksanaan moneter. Upaya untuk menanggulangi goncangan-goncangan kegiatan ekonomi dilakukan dengan melakukan kebijaksanaan moneter dengan menguasai pasok/penawaran uang. Diakui dalam suatu masa transisi akan terjadi goncangan harga. Tetapi setelah beberapa waktu berlalu harga itu akan memncerminkan gerak perkembangan yang ada sangkut pautnya dengan pengadaan jumlah uang. Selama pasok uang dapat dikuasai maka pada waktunya kestabilan harga juga akan terpelihara. Pasok uang harus dikuasai dalam arti tingkat-tingkat pertambahannya harus dikendalikan sesuai dengan bertambahnya kebutuhna dunia usaha.
3.Pasok uang harus mencerminkan kebutuhan dunia usaha
Pasok uang harus dikuasai dalam arti bahwa tingkat tambahannya harus dikendalikan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha. Golongan monetaris berpendapat bahwa selain di bidang moneter melalui pengelolaan pasok uang oleh otoritas moneter (Bank Sentral), pemerintah tidak boleh berintervensi secara aktif melalui kebijaksanaan ekonomi (kembali pada persainagn bebas).
Pengalaman empiris sejak pertengahan dasawarsa 70 sampai sekarang membuktikan bahwa pemikiran golongan monetaris pun tidak mampu untuk memecahkan masalah-masalah pokok dalam perkembangan ekonomi masyarakat. Kesulitan yang timbul dalam praktik untuk menilai dan memantau secara tepat factor yang mana dalam dunia moneter yang merupakan sebab bagi perubahan ekonomi (apakah pasok uang mempengaruhi kebutuhan usaha atau sebaliknya) atau hubungan sebab akibat itu yang justru berkebalikan. Ataukah kedua variable itu daalm perkembangannya harus dianggap co-incidence (kejadian yang kebetulan saja).
Di samping itu juga dialami kesukaran untuk memperoleh suatu konsensus yang dapat memberikan arti operasional kepada pengertian kunci: agregate supply of money. Artinya unsur-unsur mana saja secara operasional yang harus dicakup dalam pengertian agregate supply of money: uang tunai plus uang giral plus deposito berjangka, dan bagaimana dengan tabungan, premi badan-badan asuransi, kartu kredit dan yang lain-lain. Bebebrapa yang disebutkan terakhir akan sulit untuk mengamati sebagai pasok uang.
a.Ekspansi kredit domestic
Sehubungan dengan kesulitan untuk menjabarkan secara operasional tentang pasok uang, maka dalam perkembangannya pengertian pasok uang diganti dengan konsep yang lebih luas dan dianggap lebih maju. Tolok ukur yang kini digunakan untuk perubahan-perubahan pasok uang dikenal denga istilah domestic credit expansion.
Kebijaksanaan moneter kini dipusatkan pada pengelolaan gerak gerik pasar uang dan pasar modal melalui pengendalian tingkat bunga, disertai alat moneter tradisional oleh Bank Sentral yang berupa open market operations.
b.Pengendalian tingkat bunga
Pada awal tahun 80, inflasi dapat diatasi. Tetapi ironisnya penurunan tingkat inflasi bukan melaui kebijaksanaan pengelolaan pasok uang tetapi melalui pengendalian tingkat bunga. Inflasi yang membumbung tinggi sudah mencapai dua digit. Dalam bagian pertama dasawarsa 80 an, bunga di negara-negara industri naik sampai pada tingkat yang belum pernah dialami dalam dasawarsa-dasawarsa sesudah Perang Dunia II. Dengan tingkat bunga tinggi, inflasi dapat ditanggulangi dan tingkat harga turun, tetapi kegiatan ekonomi menjadi macet berbalik menjadi resesi. Resesi tahun 1982/1983 adalah yang paling tajam dan belum pernah terjadi sejak zaman depresi dasawarsa 30. Akibatnya pengangguran meluas, terutama di Eropa Barat yang sampai saat ini masih mengalami adanya pengangguran. Kebijaksanaan moneter juga ditujukan pada pengelolaan gerak-gerik di pasar uang dan pasar modal melalui pengendalian tingkat bunga denagn menggunakan alat moneter yang tradisional yaitu open market operations.

POKOK PEMIKIRAN ALIRAN MONETARIS

Selama tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, di bawah pimpinan ekonom terkenal Milton Friedman dari Chicago University (kini hijrah ke Stanford University) telah berkembang suatu aliran pemikiran (school of thought) di dalam makroekonomi yang dikenal sebagai aliran moneteris (monetarism). Para ekonom dari aliran moneteris ini menyerang pandangan dari aliran Keynesian, terutama menyangkut penentuan pendapatan yang dinilai oleh mereka sebagai tidak benar. Kaum moneteris menghendaki agar analisis tentang penentuan pendapatan memberi penekanan pada pentingnya peranan jumlah uang beredar (money supply) di dalam perekonomian. Perdebatan yang lain menyangkut : efektifitas antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, peranan kebijakan pemerintah, dan tentang kurva Phillips (kurva yang menunjukkan  bahwa hubungan antara pengangguran dan inflasi adalah saling berkebalikan).
Bagi kaum moneteris, jumlah uang beredar merupakan faktor penentu utama dari tingkat kegiatan ekonomi dan harga-harga di dalam suatu perekonomian. Dalam jangka pendek (short run), jumlah uang beredar mempengaruhi tingkat output dan kesempatan kerja; sedangkan dalam jangka panjang (long run) jumlah uang beredar mempengaruhi tingkat harga atau inflasi. Menurut Milton Friedman “inflasi ada di mana saja dan selalu merupakan fenomena moneter”. Pertumbuhan moneter atau uang beredar yang berlebihan dalam hal ini bertanggung jawab atas timbulnya inflasi, dan pertumbuhan moneter yang tidak stabil bertanggung jawab atas timbulnya gejolak atau fluktuasi ekonomi. Oleh karena pertumbuhan moneter sangat berpengaruh terhadap variabilitas, baik variabilitas dalam tingkat harga maupun pertumbuhan output (GNP), maka kebijakan moneter yang diambil pemerintah sedapat mungkin haruslah dapat menjamin terciptanya suatu tingkat pertumbuhan moneter atau jumlah uang beredar yang konstan dan tetap terkendali pada tingkat yang rendah.Adapun gagasan pokok dari aliran moneteris yang dianggap penting di antaranya adalah Sektor atau perekonomian swasta pada dasarnya adalah stabil.
Kebijakan makroekonomi aktif seperti kebijakan fiskal dan moneter hanya akan membuat keadaan perekonomian menjadi lebih buruk.  Bahkan secara ekstrim mereka mengatakan bahwa “kebijakan makroekonomi yang aktif itu lebih merupakan bagian dari masalah, dan bukan bagian dari solusi”. Dengan perkataan lain, kaum moneteris menghendaki suatu peran atau campur tangan pemerintah yang seminimum mungkin di dalam perekonomian.Seperti halnya dengan aliran Klasik, kaum moneteris berpendapat bahwa harga-harga dan upah di dalam perekonomian adalah relatif fleksibel, yang akan menjamin keadaan keseimbangan di dalam perekonomian selalu bisa diwujudkan.Jumlah uang beredar merupakan faktor penentu yang sangat penting dari tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan.
Berbagai pendapat atau gagasan kaum moneteris di atas, memiliki implikasi kebijakan yang penting , yaitu :
1)Stabilitas di dalam pertumbuhan jumlah uang beredarlah yang merupakan kunci dari stabilitas makroekonomi, dan bukan kebijakan makroekonomi aktif yang menimbulkan fluktuasi dalam pertumbuhan jumlah uang beredar yang menjadi penentu kestabilan makroekonomi.
2)Kebijakan fiskal itu sendiri memiliki pengaruh sistematis yang sangat kecil, baik terhadap pendapatan nasional riil maupun pendapatan nasional nominal; dan bahwa kebijakan fiskal (fiscal policy) bukanlah suatu sarana atau alat stabilisasi yang efektif.

TOKOH ALIRAN MONETARIS

Sebetulnya aliran monetaris sudah berdiri sejak lama. Hanya saja pandangan-pandagan kaum monetaris ini baru diperhatikan setelah terjadinya kasus membubungnya inflasi yang dibarengi dengan semakin tingginya tingkat pengangguran pada tahun 70-an. Tokoh utama aliran monetaris, tidak diragukan lagi, adalah Milton Friedman (1912-…), profesor ekonomi dari University of Chicago. Sesudah bekerja di komisi Sumber Daya Alam di Washington, ia bergabung sebagai staf peneliti National Bureau of Economic Research tahun 1937 (dalam usia 25 tahun!). Karena jasa-jasanya yang sangat besar dalam mengembangkan ilmu ekonomi, ia mendapat Hadiah Nobel tahun 1976.
Pandangan-pandangan Friedman dapat diikuti dan berbagai buku, jurnal serta artikel-artikel populer di majalah dan koran- koran Amerika. Buku-buku penting yang ditulisnya antara lain: Taxing to prevent Inflation (1943); A Theory of the Consumption Function (1957); A Programme for Monetary Stability (1960), Price Theory (1962); Capitalism and Freedom (1962); bersama Anna Schwartz menulis A Monetary History of the United States 1867-1960 (1963); Inflation: Causes and Consequences (1963); The Great Contraction (1965); The Optimum Quantity of Money (1969); A Theoritical Framework for Monetary Analysis (1971); kumpulan tulisan populer There ‘s No Such Thing Such as a Free Lunch (1975); Monetary Trends in The United States and the United Kingdom (1982) dan Bright Promises, Dismal Performance (1983).
Antara Friedman dan monetaris sering dianggap sebagai synonyms. Tetapi ini tidak berarti ia sebagai satu-satunya. Tokoh-tokoh lain yang dianggap sealiran, atau pendukung-pendukung aliran monetaris antara lain: Karl Brunner (University of Rochester), Allan Meltzer dan Bennet McCallum (dari Carnegie Mellon), Thomas Mayer (University of California, Davis), Phillip Cagan (Columbia University), David Laidler dan Michael Parkin (University of Western Ontario) dan William Poole (Brown University). Perlu juga dicatat bahwa pendukung aliran moiletaris tidak terbatas pada ahli-ahli ekonomi dan kalangan akademis saja. Lembaga seperti Federal Reserve Bank dan St. Louis dan komitekomite kongres juga banyak menganut perspektif monetaris.


PERBEDAAN ALIRAN MONETARIS DENGAN ALIRAN KEYNESIAN

Banyak perbedaan pandangan antara kubu Keynesian dan monetaris dalam melihat gejala-gejala ekonomi. Dalam melihat perekonomian secara agregat kubu Keynesian percaya bahwa perekonomian cenderung berada dalam posisi keseimbangan tingkat output rendah (low level equilibrium). Ini terjadi karena pengeluaran agregat cenderung lebih kecil dari penerimaan agregat dan kurang ampuhnya mekanisme. pasar dalam melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan, terutama tingkat harga-harga dan tingkat upah. Hal ini bisa terjadi karena adanya kekuatan serikat buruh dan praktek-praktek oligopolistik dari pihak perusahaan-perusahaan.
Kaum monetaris tidak percaya pda teori Keynesian yang mengatakan bahwa perekonomian cenderung berada pada keseimbangan tingkat output rendah disebabkan kurang ampuhnya mekanisme korektif untuk membawa pasar kembali pada posisi keseimbangan pemanfaatan sumber daya penuh. Dalam hal ini kubu monetaris mengritik bahwa ada kekuatan-kekuatan pasar yang tidak diikutkan dalam model yang dikembangkan Kubu Keynesian. Dua di antara kekuatan-kekuatan tersebut adalah turunnya suku bunga akan mendorong investasi dan turunnya tingkat harga akan mendorong konsumsi melalui apa yang disebut Pigoileffect. Bagi kubu monetanis perekonomian cenderung berada dalam posisi keseimbangan, di mana sumber daya digunakan penuh.
Karena perbedaan cara pandang di atas, maka implikasi kebijaksanaan dan kedua kubu tersebut juga berbeda. Misa1nya dalam usaha meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan dalam mengatasi pengangguran, kub Keynesian lebih menyukai kebijaksanaan fiskal yang bersifat ekspansif. Sebaliknya kubu monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter yang kontraktif. Intenvensi pemerintah untuk meningkatkan output dengan menggunakan kebijaksanaan fiskal tidak disenangi Friedman Misalnya ada usaha untuk meningkatkan output dengan menurunkan pajak. Menurut Keynesian langkah ini akan meningkatkan output. Dalam ”Bahasa” kurva IS-LM yang dikembangkan Keynesian, hal ini tenjadi kanena penurunan dalam pajak akan mendorong kurva IS bergerak ke kanan. Tetapi menurut kaum mouetaris hal seperti ini tidak akan terjadi, sebab dalam perekonomian yang sudah memanfaatkan sumber daya secara penuh maka kurva LM berbentuk tegak lurus, dan dampak dan pergeseran kurva IS tidak akan memberi pengaruh pada output (crowding-out effect).
Antara kubu Keynesian dan monetris juga berbeda dalam melihac penyebab terjadinya fluktuasi ekonomi. Menunut kubu Keynesian tluktuasi ekonomi terjadi karena tenjadinya perubahan dalam faktor-faktor yang menentukan pendapaian nasional seperti pengeluaran pemerintah, investasj dan konsumsi masyaraicat. Sebaliknya menurut kubu monetaris fluktuasi ekonomi terjadi karena terjadinya pelonjakan-pelonjakan dalam jumlah uang beredar disebabkan adanya kebijaksanaan-kebijaksanan yang bersifat ekspansif dari pemerintah. Pendapat ini mengikuti pendapat pakar-pakar terdahulu seperti R.G. Hawxrey, F:A. Nayek dan Knut Wicksell, yang yakin bahwa terjadinya fluktuasi karena dipicu oleh faktor-faktor moneter, yang cenderung berakibat kumulatif dalam jangka panjang.
Dalam buku: A Pvlonetaiy History of the United States, 1867- 1960 yang ditulis oleh Friedman bersama-sama dengan Anna Schwartz, mereka menjelaskan kaitan yang sangat erat antara perubahan dalam jumlah uang dengan perubahan dalam tingkat kegiatan ekonomi.
Mereka menyimpulkan bahwa fluktuasi dalam jumlah uang sebagai penyebab fluktuasi dalam pendapatan nasional. Untuk mendukung argumen tersebut mereka menggunakan kasus depresi besar-besaran yang terjadi tahun 30-an. Menurut Friedman dan Anna Schwartz, hal ini berlangsung kanena terjadinya crash pasar modal tahun 1929 dan faktor-faktor lain yang diasosiasikan dengan berkurangnya aktivitas ekonomi tahun 20-an yang menyebabkan berkurangnya minat orang memegang surat-surat berharga, dan lebih menyukai memegang uang tunai. Tetapi sistem perbankan waktu itu tidäk bisa memenuhi permintaan akan uang tunai secara sekaligus dalam jumlah banyak dari masyarakat. Bank-bank (yang waktu itu jumlahnya hampir 2000 buah di seluruh Amerika Serikat) terpaksa menutup kantor. Sebagai konsekuensinya maka jumlah uang beredar anjlok. Tahun 1933 jumlah uang beredar diperkirakan 35 persen lebih rendah dari jumlah uang tahun 1929. Dengan alasan di atas kaum monetaris menyimpulkan bahwa fluktuasi dalam jumlah uang beredarlah yang menyebabkan terjadinya fluktuasi ekonomi, dan bukan sebaliknya sebagaimana yang dianut kubu Keynesian.
Kaum Keynesian percaya bahwa memang ada kaitan yang sangat erat antara jumlah uang beredar dengan fluktuasi ekonomi. Tetapi bagi mereka bukan keadaan moneter yang mempengaruhi fluktuasi, melainkan fluktuasi ekonomi yang mempengaruhi jumlah uang beredar. Bagi kubu Keynesian fluktuasi terjadi karena berubahnya faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran agregat, dan kebijaksanaan yang paling ampuh untuk meredakan fluktuasi tersebut adalah melalui kebijaksanaan counter-cyclical dengan lebih banyak menggunakan kebijaksanaan fiskal.
Kubu monetaris paling tidak suka dengan penggunaan kebijaksanaan fiskal untuk menstabilkan perekonomian. Alasannya, adalah sangat sulit mengimbangi setiap ayunan siklus ekonomi karena adanya faktor waktu (lag). Lebih lanjut Friedman mengatakan:
“There is likely to be a lag between the need for action and government recognition of the need; a further lag between recognition of the need for action and the taking of action; and a stilifurther lag between the action and its effects”.
Karena alasan di atas maka tidak heran jika kubu monetaris lebih jauh bahkan sangat meragukan keampuhan analisis dan studi neo-keynesian yang sering menggunakan model ekonometri skala besar. Sebab, dalam model-model skala besar tersebut tenggang waktu (time-lag) kurang diperhatikan. Karena danya tenggang waktu antara pembuatan model dan proses analisis dengan waktu mengaplikasikan, maka kebijaksanaan yang diambil bisa jadi sudah ketinggalan kereta. Mereka percaya dampak dan kebijaksanaan yang sudah ketinggalan tersebut bisa berakibat fatal bagi pembangunan. Sebagai akibat dari perbedaan dalam melihat perekonomian secara agregat-agregat, maka antara kubu monetaris dan kubu Keynesian juga sangat berbeda dalam penggunaan kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi. Kenyataannya pada tahun 70-an dan 80-an terjadi debat panjang yang sangat panas antara kubu monetaris (diwakili Friedman) dengan pihak non-monetaris (termasuk kubu Keynesian, Franco Modigliani dan James Tobin) tentang kebijaksanaan yang sebaiknya ditempuh dalam menghadapi berbagai masalah ekonomi, seperti pengangguran dan inflasi. Misalnya dalam menghadapi inflasi,  terdapat perbedaan yang sangat tajam antara Keynesian dengan monetanis. Sebagaimana pernah dijelaskan sebelumnya, kubu Keynesian mennganggap inflasi terjadi karena pengeluaran agregat terlalu besar. Dengan demikian kebijaksanaan yang ditawarkan kubu Keynesian ialah dengan mengurangi jumlah pengeluaran agregat itu sendiei. Hal ini bisa dilakukan dengan mengurangi pengeluaran pemerintah atau dengan meningkatkan pajak. Kebijaksanaan moneter pun juga bisa dilakukan, yaitu dengan kebijaksanaan uang ketat. Kubu Keynesian tidak melihat konflik antara kebijaksanaan fiskal dan moneter. Keduanya di anggap sebagai komplemen. Bagaimanan, dalam praktek kaum Keynesian lebih sering menggunakan bijaksanaan fiskal, dengan alasan kebijaksanaan ini jauh lebih ampuh dalam menghadapi resesi.
Sebaliknya kubu monetaris menganggap inflasi terjadi karena jumlah uang beredar terlalu banyak. Jika jumlah uang beredar terlalu banyak harga-harga akan naik. Dengan demikian cara yang dianjurkan kaum monetaris dalam menghadapi inflasi ialah dengan mengurangi jumlah uang yang beredar itu sendiri.
Kebalikan dari kubu Keynesian yang lebih menyukai kebijaksanaan fiskal, kubu monetaris lebih suka menggunakan kebianaan moneter, sebab dampaknya lebih jelas dari pada kebiasaan fiskal. Anggapan ini didasarkan pada kepercayaan bahwa perubahan dalam jumlah uang beredar akan menyebabkan ahan yang besar pula dalam tingkat suku bunga, yang pada nya akan menyebabkan perubahan yang besar dalam pendapatan nasional. Ini jelas terbalik dengan anggapan kaum Keynesian yang melihat perubahan dalam jumlah uang beredar tidak begitu mempengaruhi tingkat suku bunga sehingga dampaknya terhadap pengeluaran agregat juga kecil.
Kaum monetaris yang sangat memperhatikan agar jumlah uang yang beredai jangan bertambah terlalu cepat dari yang seharusnya, jelas menyalahkan kebijaksanaan fiskal yang ekspansif selama tahun 60-an, yang dianggap sebagai pangkal bala terjadinya kesulitan-kesulitan ekonomi di kemudian hari. Bagi kaum monetaris, melakukan pengeluaran pemerintah secara berlebihan tidak akan menguntungkan, justru dapat membawa kerugian. Yang jelas, jika inflasi terlalu tinggi perekonomian bisa macet. Bagi kaum monetaris inflasi dianggap sebagai musuh utama yang perlu diberantas sesegera mungkin. Kalau inflasi sudah reda, pemerintah harus membiarkan perekonomian menemukan sendiri laju pertumbuhannya yang normal.
Dari uraian di atas jelas bahwa kubu monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter dalam menghadapi masalah-masalah ekonomi dibanding kebijaksanaan fiskal. Bagaimanapun, dalam hal ini perlu dicatat bahwa kebijaksanaan moneter yang dianjurkan kubu monetaris adalah kebijaksanaan moneter yang sifatnya netral dan berorientasi ke arah pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Perbedaan di atas menyebabkan perkedaan selanjutnya ntara kubu Keynesian dengan kubu monetaris, di mana kalau kebijaksanaan yang dilakukan aliran Keynesian lebih sering bersifat ekspansif, sebaliknya kebijaksanaan yang digunakan oleh aliran monetaris cenderung kontraktif dan lebih konservatif. Dalam hal ini kubu monetaris lebih suka menaikkan laju pertumbuhan uang secara pelan-pelan tetapi konstan, sesuai dengan hukum pertumbuhan jumlah uang konstan (constant money growth rule). Kalau kubu Keynesian percaya bahwa pemerintah sebaiknya memegang peran utama dalam mengarahkan jalannya perekonomian lewat kebijaksanaan counter-cyclical dengan melakukan, fine-tunning, sebaliknya bagi kaum monetaris peran pemerintah harus dibatasi demi kelancaran jalannya perekonomian secara keseluruhan.
Perbedaan lain antara kubu monetaris dengan kubu Keynesian adalah mengenai jangka waktu analisis. Kubu Keynesian tidak terlalu memperhatikan analisis jangka panjang (sebab, seperti kata Keynes, dalam jangka panjang kita semua akan mati !). Tidak demikian halnya dengan kubu monetaris yang diwakili Friedman. Bagi Friedman dampak jangka panjang dari berbagai kebijaksanaan ekonomi harus diperhatikan untuk mengetahui kekuatan pasar. Kelompok monetaris percaya bahwa kebijaksanaan peningkatan jumlah uang dalam jangka pendek berpenganuh terhadap output riil. Dalam bahasa kurva IS-LM yang dikembangkan kubu neo-Keynesian, kenaikan dalam jumlah uang akan menggeser baik kurva LM maupun kurva IS ke kanan, yang berarti peningkatan dalam jumlah output. Tetapi gejala seperti ini hanya berlangsung dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang perubahan dalam jumlah uang hanya menyebabkan harga-harga naik, sedang output riil maupun jumlah kesempatan kerja tidak akan bertambah. Dengan demikian kebijaksanaan moneter yang terlalu ekspansif tidak disukai kubu monetaris. Dalam hal ini belum diperhitungkan dampak negatif yang mungkin timbul, di mana kenaikan harga-harga dapat mengakibatkan semakin berkurangnya kesejahteraan golongan-golongan masyarakat tertentu, terutama mereka yang berpenghasilan tetap (seperti pegawai negeri).
Dengan alasan yang sama maka Friedman tidak suka mempromosikan full-employment dengan kebijaksanaan uang mudah (easy money policy), dan juga tidak senang menghindari inflasi dengan menggunakan kebijaksanaan uang ketat (tight money policy). Sebab dampak jangka panjang dari kedua kebijaksanaan tersebut bisa saja berlawanan dengan yang diharapkan untuk jangka pendek.
Kecaman lain dan kubu monetaris terhadap kubu Keynesian ialah bahwa dalam analisis IS-LM nya kubu Keynesian sama kali mengabaikan pasar tenaga kerja. Oleh Friedman dan kawan-kawan pasar tenaga kerja kembali diperhatikan. Hal ini secara tidak langsung telah membuka cakrawala baru dalam pengembangan teori-teori ekonomi, sebab teori-teori tentang ekonomi sumber daya manusia semakin berkembang sesudah itu.

KELEMAHAN DAN KELEBIHAN ALIRAN MONETARIS

•Kelemehan aliran moneteris
Menurut pandangan Keynesian, kebijakan moneter mungkin sangat tidak efektif.  Beberapa kekurangannya berasal dari asimetri kebijakan tersebut, perubahan dalam kecepatan (yang dapat menggagalkan kebijakan), dan ketidakpastian dari investasi yang diambil (terutama jika bukan bunga sensitif).
1)Kekurangan utama dari kebijakan moneter adalah asimetri.  Yaitu, suatu kebijakan uang ketat adalah sangat efektif guna mencegah pinjaman baru karena kelebihan cadangan dikurangi, namun kebijakan yang mudah sepertinya menjadi tidak efektif karena tambahan kelebihan cadangan tidak akan dipinjamkan ke luar oleh bank karena takut akan potensi kebangkrutan dari para peminjam selama masa resesi.  Dengan demikian, disarankan untuk tidak menggunakan kebijakan moneter, malah menggunakan kebijakan fiskal.
2)Kebijakan moneter mungkin digunakan baik untuk mengendalikan persediaan uang maupun tingkat suku bunga.  Tetapi, keduanya tidak dapat dikendalikan pada waktu yang sama.  Dengan demikian hal tersebut menjadi dilema.

•Kelebihan Aliran Moneteris
1)    Kaum monetaris mengatakan bahwa perekonomian cenderung berada pada keseimbangan tingkat output rendah yang disebabkan kurang ampuhnya mekanisme korektif untuk membawa pasar kembali pada posisi keseimbangan pemanfaatan sumber daya penuh.
2)Kaum monetaris menyatakan bahwa turunnya suku bunga akan mendorong investasi dan turunnya tingkat harga akan mendorong konsumsi melalui Pigou effect. Bagi kubu monetaris perekonomian cenderung berada dalam posisi keseimbangan, dimana sumber daya digunakan penuh.
3)Dalam usaha meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan dalam mengatasi pengangguran, kaum monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter yang kontraktif. Intervensi pemerintah untuk meningkatkan output dengan menggunakan kebijaksanaan fiskal tidak disenangi Friedman. Misalnya ada usaha untuk meningkatkan output dengan menurunkan pajak.
4)Kaum monetaris, terutama Friedman, dinilai sangat berjasa meluruskan falsafah liberal kaum klasik kembali sebagaimana yang diajarkan oleh Adam Smith. Argumentasi Friedman untuk menyokong ajaran klasik tersebut ialah bahwa benefit yang diterima dari kebijaksanaan laissez faire jauh lebih besar dari benefit yang ditrerima lewat terlalu banyaknya campur tangan pemerintah. Dengan anggapan seperti ini pakar-pakar ekenomi masa sekarang berusaha mengembalikan orientasi analisis pada ajaran klasik, baik mengenai asumsi yang dipergunakan, struktur model yang disusun, metodologi yang dipergunakan, memandang arti penting uang dalam ekonomi, maupun dalam memilih kebijaksanaan ekonomi yang hendak dijalankan.

PERBEDAAN PANDANGAN KEYNESIAN DAN MONETARIS

Dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi kubu keynesian lebih menyukai kebijaksanaan fiskal yg bersifat ekspansif. Sementara itu, kubu monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter yg kontraktif-konservatif. Namun keduanya sama-sama melihat perekonomian dari sisi permintaan. Aliran sisi penawaran percaya bahwa yg harus diberi perhatian utama bukan segi permintaan seperti yg dilakukan kubu keynesian maupun monetaris melainkan sisi penawaran. Motto kerja aliran sisi penawaran, lebih baik meningkatkan pendapatan nasional melalui pemanfaatan sumber daya penuh, daripada mencoba menekan atau meredakan fluktuasi ekonomi. Kesempatan kerja penuh sangat besar artinya bagi pemikr-pemikir aliran sisi penawaran. Dlm mengatasi inflasi dan pengangguran, jalur yg ditempuh oleh aliran sisi penawaran melalui program penurunan pajak. Alasannya turunnya pajak akan menambah gairah investasi, yg akan mendorong peningkatan dlm produksi. Dengan meningkanya produksi, masalah pengangguran dapat diatasi, dan sekaligus inflasi dapat diredakan. Tekanan utama aliran penawaran adalah kebijaksanaan pertumbuhan jangka panjang. Hal itu dilakukan dengan mempromosikan kesempatan kerja penuh dan perubahan teknologi. Robert A. Mundel juga disebut sebagai peletak dasar “ekonomi sisi penawaran” Mundel menawarkan penggunaan kombinasi kedua kebijakan fiskal dan moneter. Kebijakan moneter dilakukan dlm bentuk kebijakan uang ketat untuk membendung inflasi. Kebijakan fiskal dilaksanakan dengan menggunakan program pengurangan pajak untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Mundel berjasa mengatasi penyakit stagflasi serta kontribusinya dlm meletakkan dasar bagi teori yg mendasari kebijakan praktis dlm perekonomian terbuka, perdagangan internasional.

BAB III
PENUTUP


KESIMPULAN
Kaum monetaris, terutama Friedman, sangat berjasa dalam menekankan arti penting laju pertumbuhan uang terhadap aktivitas-aktivitas ekonomi: Dilihat dari upayanya tersebut ia dapat dianggap sangat berhasil. Sebab, sebagaimana diucapkan oleh pakar ekonomi makro Franco Modigliani: We are all monetarists now, dalam artian bahwa hampir semua pakar ekonomi masa sekarang percaya akan arti penting laju pertumbuhan stok uang dalam perekonomian.
Secara keseluruhan harus diakui bahwa pengaruh pandangan Friedman dalam kebijaksanaan ekonomi sangat besar. Hal ini dapat dilihat dan diadopsinya kebijaksanaan moneter barn oleh pemerintah Amerika Serikat (the Fed’s) tahun 1979. Friedman sangat anti dengan peran pemerintah yang kelewat besar dalam perekonomian. Jika penerimaan pemerintah terlalu besar maka otomatis pengeluarannya juga harus besar, padahal banyak program-program pemerintah dinilai tidak efektif dalam mencapai sasaran. Pengaruh pandangan Friedman di atas dapat dilihat dari program pemotongan pajak yang dilakukan pemerintahan Reagan tahun 1981.
Pengaruh pandangan Friedman juga dirasakan di Indonesia, terlihat dari kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi, yang pada intinya mengurangi cengkeraman pernerintah yang kelewat besar dalam pérekonomian Indonesia. Begitu jüga dalam menghadapi inflasi tahun 1993 dan tahun 1994, pemerintan juga terlihat berusaha mati-matian menekan laju inflasi di bawah dua digit, sebab para pakar ekonomi di Indonesia, dan juga kaum praktisi, telah mengetahui dampak negatif yang sangat besar dan keadaan inflasi, yang secara sangat vokal disuarakan oleh Milton Friedman dan kubu monetaris.








DARTAR PUSTAKA

Perkembangan ilmu ekonomi, Karya DRM Winardi, SE Penerbit Tarsito, Bandung 1993

Mankiw N Gregory, Pengantar Ekonomi Makro Edisi 3, Penerbit Salemba Empat 2006

Alvin Hansen n Mc Graw Hilla: a giude to keynes 1953 GEORGE SOUL, ideas of the great economicst


Silahkan Download File Dalam Bentuk MS World